Startup teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) Akulaku Finance mendapatkan pendanaan tambahan dari Bank Jago. Dana segar ini akan digunakan untuk berekspansi pada semester I.
Presiden Direktur Akulaku Finance Indonesia Efrinal Sinaga mengatakan, bank yang didukung oleh Gojek itu memberikan pendanaan Rp 100 miliar tahun lalu. Ini digunakan untuk meningkatkan penyaluran kredit.
Bulan ini, kedua perusahaan menandatangani kesepakatan penambahan fasilitas pendanaan."Ini merupakan bentuk keberlanjutan dukungan Bank Jago kepada Akulaku Finance dalam mengakselerasi inklusi keuangan dan memperluas akses pembiayaan," kata Efrinal dalam siaran pers, Senin (29/3).
Namun, perusahaan tidak menyebutkan nilai pendanaan tambahan tersebut. Efrinal hanya mengatakan, dana ini akan digunakan untuk meningkatkan ekspansi penyaluran pembiayaan pada semester I.
Akulaku menargetkan penyaluran pembiayaan tumbuh minimal 50% secara tahunan (year on year/yoy) pada tahun ini. Perusahaan optimistis target ini bisa tercapai.
Alasannya, prospek pertumbuhan ekonomi Indonesia semakin kondusif dan membaik setelah adanya vaksinasi Covid-19. Selain itu, terjadi kenaikan adopsi layanan keuangan digital akibat pandemi corona.
Efrinal mengatakan, penyaluran pembiayaan Akulaku Finance masih melanjutkan tren pertumbuhan pada kuartal awal 2021.
Selain dengan bank digital, Akulaku gencar berkolaborasi dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR). Pada Februari, fintech ini menggaet empat BPR yakni BPR Supra Artapersada, BPR Naribi Perkasa, BPR Ciledug Dhana Semesta, dan BPR Rama Ganda.
Akulaku juga sebenarnya mempunyai bank digital sendiri. Pada 2019, Akulaku sah menjadi pemegang saham terbesar Bank Yudha Bhakti yang kini bernama Neo Commerce.
Salah satu pemegang saham Akulaku yakni Alipay, bagian dari raksasa keuangan digital asal Tiongkok, Ant Group Financial. Ant Group merupakan anak usaha Alibaba.
Sedangkan Bank Jago gencar menggaet fintech lending untuk menjangkau konsumen yang sulit digapai oleh bank. “Ini untuk memiliki skala bisnis yang lebih besar,” ujar Head of Business Partnership Bank Jago Sonny Christian dalam webinar bertajuk ‘Fintech 2021’, tiga pekan lalu (9/3).
Ia menyatakan bahwa fintech bukanlah lawan bagi bank digital. "Kami yakin, kolaborasi bank dengan fintech bisa saling melengkapi," kata Sonny.
Bank digital unggul dari sisi likuiditas. Sedangkan fintech, menurutnya lebih lincah menjangkau nasabah yang sulit dijangkau oleh perbankan.
Selain Akulaku, Bank Jago menyalurkan pendanaan Rp 50 miliar lewat Akseleran pada awal tahun ini. Melalui kolaborasi itu, bank menjadi pemberi pinjaman (lender) institusi strategis atau super lender.
Komisaris Utama Bank Jago Jerry Ng menilai, kolaborasi dengan ekosistem teknologi digital sangat diperlukan sebagai model bisnis bank era baru. Meski begitu, langkah ini menghadapi banyak tantangan.
"Bank sebetulnya adalah utility," kata Jerry dalam acara Katadata Indonesia Data and Economic Conference 2021, bekerja sama dengan East Ventures, pekan lalu (23/3).
Ia menjelaskan ekosistem teknologi digital merupakan sarana yang digunakan oleh pelanggan dalam memenuhi kebutuhan seperti berbelanja, makan, transportasi, dan sebagainya. Tapi, yang dilakukan oleh ekosistem tersebut, ujung-ujungnya berhubungan dengan bank dalam rangka sistem pembayaran, pinjam-meminjam, atau tabung-menabung.
"Ini yang saya lihat terkait hubungan antara bank yang tadinya utility, menjadi bagian dari ekosistem," kata Jerry.