Ekspansi ke Thailand, Fintech Modalku Target Salurkan Pinjaman Rp 30 T

Arief Kamaludin | KATADATA
Ilustrasi
30/3/2021, 13.21 WIB

Perusahaan teknologi finansial pembiayaan (fintech lending) Modalku berekspansi ke Thailand pada Februari. Startup ini pun menargetkan bisa menyalurkan pinjaman Rp 30 triliun di Asia Tenggara hingga akhir tahun.

Saat ini, Modalku beroperasi di empat negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand. Perusahaan telah menyalurkan pembiayaan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Rp 22 triliun per tahun lalu.

Transaksi penyaluran pinjaman oleh Modalku mencapai empat juta pada 2020. Jumlahnya meningkat dua kali lipat dalam setahun.

Tahun ini, “Modalku menargetkan penyaluran pinjaman minimal Rp 30 triliun di empat negara,” kata Co-Founder sekaligus COO Modalku Iwan Kurniawan saat konferensi pers virtual, Selasa (30/3).

Perusahaan pun berencana untuk menyasar pasar baru. "Setelah Thailand, kami studi pasar yang besar juga. Harapannya, kalau sudah ada kabar pasar yang jelas, kami bisa ekspansi," ujarnya.

Modalku berekspansi ke Thailand melalui induk usaha, Funding Societies. Perusahaan mendapatkan lisensi pinjaman crowdfunding dari Securities and Exchange Commission (SEC) pada Februari lalu (2/2).

Iwan mengatakan, perusahaan menyasar Thailand karena potensinya besar. Funding Societies mencatat, separuh lebih dari tiga juta UMKM di Thailand kesulitan memperoleh pinjaman usaha, khususnya modal jangka pendek.

Sedangkan institusi keuangan konvensional berfokus pada pinjaman jangka panjang atau dengan agunan. International Finance Corporation (IFC) menyampaikan, situasi ini
menyebabkan adanya kesenjangan dana usaha lebih dari US$ 40 miliar bagi UMKM di Thailand.

Padahal, UMKM berkontribusi terhadap 40% terhadap produk domestik bruto (PDB) Thailand. Selain itu, pandemi Covid-19 membatasi akses UMKM di Negeri Seribu Pagoda itu terhadap layanan pendanaan.

Selain mengandalkan ekspansi, perusahaan berfokus menyasar UMKM di industri yang sedang berkembang pada tahun ini. "Lebih kepada pedagang online dan sektor kesehatan," katanya.

Berdasarkan penelitian Modalku, terdapat 29% UMKM peminjam (borrower) Modalku bergerak di sektor perdagangan ritel. Kemudian, 17% di sektor tekstil, perlengkapan, dan produk kulit. Lalu, 17% terkait produk makanan, minuman, serta tembakau.

Dari beragam sektor usaha itu, UMKM banyak mengandalkan metode berjualan secara online. Terdapat 43,14% penjual online. "Ke depan, di Indonesia akan banyak UMKM yang melakukan omni-channel," kata Iwan.

Penelitian itu berdasarkan survei online dan diskusi melalui telepon terhadap 350 pelaku UMKM yang merupakan peminjam Modalku.

Perusahaan juga menjalankan strategi kolaborasi agar target penyaluran pinjaman Rp 30 triliun bisa tercapai. Ekosistem yang digaet seperti perbankan dan e-commerce.

Pada tahun lalu misalnya, perusahaan bekerja sama dengan PT Bank Central Asia TBK (BCA). Selain itu, dengan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Varia Centralartha, BPR Bekasi Binatanjung Makmur, dan BPR Sukawati Pancakanti.

“Kami percaya bahwa BPR lebih mengenal karakteristik dan kebutuhan masyarakat di daerah operasionalnya,” ujar Co-Founder sekaligus CEO Modalku Reynold Wijaya kepada Katadata.co.id, pada dua pekan lalu (19/3). “Kami terbuka untuk berkolaborasi dengan BPR yang lainnya."

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan