Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) mencatat bahwa transaksi aset kripto (cryptocurrency), termasuk bitcoin di Indonesia mencapai Rp 126 triliun per Maret. Bursa Efek Indonesia (BEI) pun khawatir, investor saham beralih ke aset ini.
Kepala Bappebti Sidharta Utama mengatakan, jumlah pelanggan aset kripto yang aktif bertransaksi sekitar 4,4 juta. “Pelanggan bernvestasi atau bertransaksi karena melihata harga uang kripto cenderung meningkat dari waktu ke waktu,” kata dia kepada Katadata.co.id, kemarin (27/4).
Harga bitcoin misalnya, meningkat 86,45% sejak awal tahun (year to date/ytd) dari Rp 412,2 juta menjadi Rp 768,7 juta per Senin (26/4). Bahkan, harganya sempat mencapai Rp 942,2 juta bulan ini.
Jika dihitung sejak awal 2020, harga bitcoin melonjak 570%. Harganya hanya US$ 8.440 pada awal 2020, menjadi US$ 29 ribu akhir tahun lalu. Kini, rerata di atas US$ 50 ribu.
“Kenaikan ini yang mendorong para pelanggan aset kripto bertransaksi,” kata Sidharta.
Sidharta menilai, potensi perdagangan aset kripto di Indonesia masih sangat tinggi. Asosiasi Pedagang Aset Kripto Indonesia (Aspakrindo) misalnya, memperkirakan bahwa jumlah investor aset kripto tembus 10 juta akhir tahun ini. Lalu, menjadi 26 juta dalam dua hingga empat tahun ke depan.
Sebanyak 40% investor aset kripto didominasi oleh usia 25-34 tahun.
Calon pedagang aset kripto yang mendapat izin dari Bappebti juga terus bertambah. Saat ini, ada 13 perusahaan yang memperoleh tanda daftar dari Bappebti sebagai calon pedagang fisik aset kripto.
Mereka di antaranya Cripto Indonesia Berkat, Upbit Exchange Indonesia, Tiga Inti Utama, Indodax Nasional Indonesia, Pintu Kemana Saja, Zipmex Exchange Indonesia, Bursa Cripto Prima, Luno Indonesia Ltd, Rekeningku Dotcom Indonesia, Indonesia Digital Exchange, Cipta Coin Digital, Triniti Investama Berkat, dan Plutonext Digital Aset.
Head of PR Tokocrypto Rieka Handayani mencatat, transaksi aset kripto tumbuh sekitar 40%-60% per pekan. “Volume perdagangan harian US$ 135 miliar,” kata dia kepada Katadata.co.id, pekan lalu (24/4).
Tokocrypto sendiri memiliki 250 ribu pelanggan yang bertransaksi di platform.
Sedangkan CEO Indodax Oscar Darmawan menilai, peningkatan transaksi aset kripto di Tanah Air relatif kecil. “Kenaikkan di Indonesia hanya 1% dari total volume transaksi di seluruh dunia. Meningkat, tetapi masih relatif kecil,” katanya.
Namun sebelumnya, BEI mencatat adanya penurun signifikan aktivitas pasar modal sepanjang pekan lalu. Nilai transaksi rata-rata harian saham hanya Rp 8,65 triliun atau turun 11,3% dibandingkan minggu sebelumnya.
Rata-rata volume transaksi juga turun 5,95% menjadi 14,765 miliar saham. Sedangkan rerata frekuensi transaksi harian menurun 12,44% menjadi 897.876 kali.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa BEI Laksono W Widodo memperkirakan, salah satu penyebab aktivitas perdagangan saham turun yakni berkompetisi dengan cryptocurrency. Namun, dia belum bisa memastikan hal ini, karena tidak ada data konkret terkait dengan perpindahan tersebut.
Meski begitu, ia khawatir cryptocurrency mengambil pasar saham. Ini karena ada indikasi investor retail mulai menginvestasikan danan ke uang kripto. Berdasarkan catatan Bappebti, jumlah investor uang kripto memang menyalip saham.