Elon Musk Setop Pakai Bitcoin untuk Beli Tesla, Harga Kripto Jatuh

123rf.com/Lukas Gojda
Tesla batal menerima bitcoin untuk pembelian mobil listrinya.
Penulis: Sorta Tobing
13/5/2021, 10.46 WIB

Produsen mobil listrik asal Amerika Serikat, Tesla, tak lagi menerima bitcoin untuk pembelian produknya. Bos Tesla Elon Musk mengaku khawatir dengan dampak pemakaian mata uang kripto atau cryptocurrency itu ke lingkungan.

Dalam tangkapan layar di akun Twitter resminya, @elonmusk, tertulis Tesla prihatin dengan peningkatan pesat penggunaan bahan bakar fosil untuk penambangan dan transaksi bitcoin. “Terutama (pemakaian) batu bara, yang memiliki emisi karbon terburuk dibanding bahan bakar lainnya,” kicaunya, Rabu (12/5).

Gara-gara cuitan tersebut, harga bitcoin langsung jatuh lebih 12%. Per hari ini pukul 10.30 WIB, penurunannya hampir mendekat 13%. Pergerakan harganya dalam 24 jam terakhir di kisaran US$ 46.294,72 sampai US$ 58.036,51 per koin. 

Keputusan itu hanya kurang dari dua bulan setelah Tesla memutuskan menerima mata uang digital terbesar di dunia tersebut. Cryptocurrency lainnya, termasuk ethereum, ikut tergelincir bersama bitcoin pada perdagangan hari ini.  

Pemakaian bitcoin untuk membeli mobil listrik Tesla telah menyorot reputasi Musk yang terkenal sebagai pencinta lingkungan. Ia dikenal dengan usahanya melakukan transisi dari energi fosil ke baru terbarukan. 

Melansir dari Reuters, beberapa investor sempat meragukan rencana Tesla memakai bitcoin dalam transaksinya. “Kami tentu saja prihatin dengan tingkat emisi karbon dioksida yang dihasilkan dari penambangan mata uang kripto itu,” kata CEO Osmosis Investment Management Ben Dear pada Februari lalu. Osmosis adalah investor berkelanjutan yang memegang saham Tesla.

Analis perdagangan mata uang mengatakan tweet Musk kemarin tidak bisa dihindari. "Selama beberapa bulan terakhir, semua orang mengabaikan berita bahwa bitcoin menggunakan lebih banyak listrik daripada Argentina dan Norwegia,” kata Edward Moya, seorang analis pasar senior di perusahaan perdagangan mata uang OANDA.

Musk mengatakan dia mendukung kekhawatiran tersebut. “Cryptocurreny adalah ide yang bagus di banyak tingkatan dan kami percaya ini memiliki masa depan yang menjanjikan,” kicaunya di Twitter di kemarin. “Tapi ini tidak dapat merugikan lingkungan.” 

Saham Tesla langsung turun 1,25% beberapa jam setelah cuitan Musk. Perusahaan pada Februari lalu mengatakan telah membeli US$ 1,5 miliar bitcoin. Musk menyebut Tesla akan mempertahankan kepemilikan bitcoin-nya. Rencana penggunaan mata uang kripto akan berlanjut, setelah metode penambangannya memakai sumber energi berkelanjutan.

Pendukung Mata Uang Kripto

Penambangan bitcoin memakai komputer bertenaga tinggi untuk memecahkan persoalan matematika yang kompleks. Proses ini memerlukan energi sangat besar yang sebagian besar berasal dari listrik berbahan bakar batu bara.

Data Universitas Cambrige dan Badan Energi Internasional baru-baru ini menunjukkan penambangan bitcoin setiap tahun memakan energi hampir sama dengan kebutuhan negara Belanda per tahun. 

Dalam penambangan dan transaksinya, mata uang kripto memakai jaringan blockchain alias buku besar digital yang terdistribusi ke seluruh pengguna untuk mencatat semua transaksi.  

Nah, orang yang disebut penambang memakai komputernya untuk menyelesaikan teka-teki matematika tersebut, lalu memproses transaksi dan mencatatnya di blockchain. Sebagai imbalannya, penambang mendapatkan uang kripto yang kemudian dapat mereka pegang atau jual di pasar terbuka. 

Tiongkok menyumbang sekitar 70% produksi bitcoin global. Negara itu masih sangat bergantung pada batu bara pada pembangkit listriknya. Sistem terdesentralisasi ini membuat semua pemegang cryptocurrency memiliki salinan identik dari buku besar blockchain.

Pejabat di Beijing sedang melakukan pemeriksaan pada pusat data yang terlibat dalam penambangan cryptocurrency. Tujuannya, agar pemerintah lebih memahami dampaknya terhadap konsumsi energi.

Beberapa pendukung bitcoin menyebut sistem keuangan yang ada sekarang juga memakai energi dalam jumlah besar. Pemakaian ini berasal dari jutaam karyawan memakai komputer dalam ruangan berpendingin alias AC.