Berdasarkan laporan terbaru dari Corporate Europe Observatory and Lobby Control, raksasa teknologi asal Tiongkok Huawei telah mempekerjakan lebih banyak pelobi di Eropa dibandingkan dengan Google dan Microsoft. Banyaknya jumlah pelobi itu seiring dengan tekanan bisnis yang dihadapinya di pasar Eropa.
Laporan tersebut menunjukan bahwa Huawei menjadi perusahaan teknologi yang paling banyak membawa pelobinya di pasar Eropa. Huawei memiliki setara dengan 19 pelobi penuh waktu yang digaji di pasar Eropa.
"Jumlahnya lebih besar dibandingkan Facebook yang hanya menempatkan 14 pelobi, dan Microsoft dengan 7,5 pelobi," demikian isi laporan tersebut dikutip dari South China Morning Post pada Selasa (31/8).
Hanya saja, Huawei tertinggal dibandingkan Google dan Microsoft dalam urusan pengeluaran lobi secara keseluruhan. Google menjadi perusahaan dengan pengeluaran lobi tertinggi, yakni 5,75 juta euro atau sekitar Rp 98 miliar. Lalu, Facebook sebesar 5,5 juta euro (Rp 94 miliar), Microsoft 5,25 juta euro (Rp 89,5 miliar), Apple 3,5 juta euro (Rp 57 miliar), baru Huawei 3 juta euro (Rp 51,1 miliar).
Mengutip Reuters, Google dan Huawei mengaku bahwa mereka telah menyerahkan data lobinya ke daftar transparansi Uni Eropa. Tujuannya untuk melindungi independensi orang dan organisasi yang disponsori.
Jumlah pelobi Huawei yang tergolong banyak itu seiring dengan meningkatnya tekanan yang dihadapi perusahaan di pasar Eropa.
Solusi 5G Huawei misalnya diblokir di Inggris. Kemudian, Jerman sepakat melarang penggunaan solusi jaringan 5G Huawei.
Tekanan Eropa ke Huawei terjadi tidak terlepas dari pengaruh Amerika Serikat (AS). Dikutip dari The Guardian, tahun lalu mantan penasihat keamanan nasional AS Robert O'Brien bertemu dengan perwakilan Eropa seperti Prancis, Italia, Inggris dan Jerman di Paris, Prancis. Pertemuan itu dilakukan O'Brien untuk meminta Eropa menghalangi raksasa teknologi Tiongkok tersebut mengembangan jaringan 5G di Eropa.
Dampaknya, Italia juga berencana mengikuti saran AS terkait Huawei. Sejak tahun lalu, AS memang mendesak Italia untuk mempertimbangkan risiko pengembangan 5G jika memakai jasa Huawei. Alasannya, Huawei dianggap terikat dengan Partai Komunis Tiongkok sehingga dinilai membahayakan keamananan serta privasi pengguna.
Di Eropa Tengah dan Eropa Timur, AS juga telah berhasil mendorong negara-negara itu untuk meninggalkan Huawei. Romania, Polandia, Republik Ceko, Latvia dan Estonia semuanya telah menandatangani pernyataan bersama dengan Pemerintah AS mengenai keamanan 5G. Mereka berjanji tidak akan mengizinkan akses ke pasar mereka kepada perusahaan-perusahaan yang tunduk pada campur tangan negara asing.
Polandia juga pada 2019 menangkap seorang karyawan Huawei di Warsawa atas tuduhan mata-mata. Mereka juga menyerukan Uni Eropa dan NATO untuk mengembangkan sikap bersama terhadap Huawei.
Sedangkan Spanyol, badan intelijen mereka menyatakan perangkat lunak itu aman dan beroperasi sesuai dengan regulasi. Teknologi 4G Telefónica yang sudah ada di Spanyol bergantung sepenuhnya pada peralatan Huawei. Sehingga Telefónica akan terus memiliki teknologi Huawei dalam pengembangan 5G.