Dampak Kebijakan Cina, Harga Bitcoin - Dogecoin Anjlok dalam Sepekan

ANTARA FOTO/REUTERS/Dado Ruvic/Illustration/File Photo/aww/cf
Dado Ruvic/Illustration/File Photo ARSIP FOTO: Patung mainan kecil terlihat sebagai representasi mata uang virtual Bitcoin dipajang di depan gambar bendera China dalam foto ilustrasi, 9 April 2019.
Editor: Maesaroh
22/11/2021, 09.10 WIB

Uang kripto atau cryptocurrency seperti bitcoin, ethereum, cardno, shiba inu, hingga dogecoin mencatatkan penurunan harga dalam sepekan. Kendati demikian, sejumlah analis memperkirakan, penurunan harga merupakan bentuk koreksi dan bersifat jangka pendek.

Dikutip dari Coindesk, harga bitcoin di perdagangan hari ini (22/11) turun 2,49% dalam waktu 24 jam menjadi US$ 57.923. Padahal, pekan lalu (15/11) harganya mencapai US$ 65.987.

Kemudian, harga ethereum di perdagangan hari ini anjlok 3,94% menjadi US$ 4.221. Padahal, pekan lalu harganya mencapai US$ 4.734.

Lalu, hari ini harga XRP masih anjlok 3,95%, cardno turun 4,62%, dan binance coin turun 4,15%.

Harga shiba inu juga masih anjlok 6,81% per hari ini menjadi US$ 0,000044. Pekan lalu, harga shiba inu mencapai US$ 0,000055.

 Selain itu, Dogecoin masih anjlok 3,34% per hari ini menjadi US$ 0,224. Padahal, pekan lalu harganya US$ 0,263. 

Firma riset cryptocurrency Delphi Digital mengatakan dalam sebuah laporan baru-baru ini bahwa anjloknya sejumlah uang kripto itu disebabkan aksi jual investor.

"Sebagian besar dari mereka didorong oleh gelombang likuidasi," kata Delphi Digital dikutip dari Cointelegraph pada akhir pekan lalu (20/11).

Delphi Digital juga memperkirakan bahwa aksi jual itu relatif berumur pendek.

"Koreksi baru-baru ini tampaknya tidak mengguncang harga untuk jangka panjang," katanya.

Founder & CEO dari Banz Capital John Ladeluca mengatakan, meskipun penurunan berlangsung jangka pendek, namun penurunan harga tetap membawa kerugian.

"Pada harga bitcoin, kisaran harga US$ 55.000 adalah level dukungan yang sangat sensitif saat ini,” katanya dikutip dari Forbes pekan lalu (19/11).

 Anjloknya harga cryptocurrency sejak pekan lalu juga seiring dengan kebijakan pemerintah Cina yang secara intensif melarang penambangan cryptocurrency.

Pada Selasa (16/11), Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional (NDRC) mengatakan bahwa mereka akan terus membersihkan penambangan kripto di negara tersebut. 

"Ini karena aktivitas penambangan cryptocurrency menyebabkan konsumsi energi dan emisi karbon yang besar," kata juru bicara NDRC Meng Wei. 

Pada September, pemerintah Cina resmi melarang transaksi mata uang kripto dan penambangan aset digital.

Sepuluh lembaga di Cina, termasuk bank sentral, lembaga keuangan, lembaga sekuritas, dan regulator valuta asing sepakat untuk membasmi transaksi kripto. 

"Semua kegiatan cryptocurrency ilegal dan akan dihilangkan sesuai dengan hukum," demikian isi keterangan bank sentral Cina, People's Bank of China (PBoC).

 Selain itu, harga bitcoin hingga ethereum terpengaruh harga dolar Amerika Serikat (AS) yang naik ke level tertinggi selama 16 bulan terakhir. 

"Harga dolar dapat berdampak pada bitcoin karena kripto merupakan aset berisiko, seperti saham dan komoditas. Ini cenderung turun ketika dolar naik," kata trader di GlobalBlock Marcus Sotiriou dikutip dari Business Insider pekan lalu.

Kemudian, turunnya harga cryptocurrency besar juga terpengaruh kebijakan pemerintah AS yang mewajibkan pelaporan pajak uang kripto.

Kewajiban ini diperkirakan masuk dalam tagihan infrastruktur tentang perdagangan yang bertransaksi dengan jumlah lebih dari US$ 10 ribu. 

Selain itu, penurunan harga kripto terjadi seiring dengan pernyataan kepala keuangan Twitter Ned Segal baru-baru ini.

Dalam wawancara dengan Wall Street Journal pada Selasa (16/11), Segal mengatakan bahwa menginvestasikan uang ke dalam aset kripto tidak masuk akal untuk saat ini.

Ia juga mengatakan bahwa volatilitas merupakan masalah pada aset kripto.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan