Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) menyiapkan bursa khusus untuk perdagangan aset kripto. Namun pengembangan ini menghadapi dua tantangan.
Pelaksana tugas (Plt) Kepala Biro Peraturan Perundang-undangan dan Penindakan Bappebti M Syist mengatakan, Bappebti dalam proses pemenuhan sumber daya manusia (SDM) di kelembagaan bursa kripto tersebut.
"Kami melakukan fit and proper test dewan komisaris dan dewan direksi bursa. Ini signifikan menuju langkah final sebelum diberikan persetujuan bursa khusus aset kripto," kata M Syist dalam konferensi pers virtual, Rabu (23/11).
Setelah SDM terpenuhi, Bappebti akan menggarap aspek lainnya. "Ke depan kelembagaan seperti ini yang harus ada di aset kripto," kata Syst.
Namun, Bappebti tidak menjelaskan secara rinci mengenai waktu peluncuran bursa tersebut. Namun sebelumnya, Bappebti sempat mengatakan bahwa fasilitas ini akan diluncurkan pada akhir tahun.
Bappebti menyiapkan 229 jenis aset kripto yang bisa ditransaksikan di 13 pedagang aset kripto terdaftar. Ini termasuk bitcoin dan ethereum yang mempunyai kapitalisasi pasar terbesar di dunia.
Di sisi lain, Syst mengatakan bahwa ada tantangan yang mesti dihadapi dalam pengembangan bursa khusus kripto tersebut yakni:
1. Jaminan asuransi
"Bursa perlu menghadirkan mitra asuransi baik dari Indonesia atau entitas asuransi luar negeri, yang penting bisa berkerja sama," katanya.
2. Edukasi pelanggan terkait aset kripto
"Ini penting agar pelanggan tidak sekadar ikut-ikutan dan memiliki pemahaman yang baik," katanya.
Apalagi, jumlah pelanggan aset kripto di Indonesia terus melonjak. Syst mencatat, saat ini jumlah pelanggan aset kripto Indnesia di perdagangan mencapai 7,5 juta orang.
Angka itu melonjak hampir dua kali lipat dari tahun lalu yang jumlah pelanggannya baru mencapai 4 juta orang.
Begitupun dengan nilai transaksinya meningkat menjadi Rp 478,5 triliun hingga Juli 2021, naik signifikan dari 2020 yang angkanya Rp 65 triliun.
Beberapa jenis aset kripto yang banyak diminati di Indonesia antara lain bitcoin, ethereum, dan cardano. Kendati demikian, transaksi kripto di Indonesia masih tergolong kecil, yakni hanya 1% dari transaksi volume global.
CEO Tokocrypto Pang Xue Kai juga mengatakan, edukasi tersebut penting agar masyarakat memahami risiko dalam berinvestasi aset kripto. Sebab, aset kripto mempunyai volatilitas harga yang tinggi.
"Kami pikir edukasi ini penting. Kami juga kerja sama dengan Bappebti dorong edukasi ke masyarakat supaya tercipta customer protection," kata Kai.