Pemerintah Cina semakin ketat mengatur bisnis raksasa teknologi seperti Alibaba dan Tencent. Terakhir, muncul dokumen yang menyatakan bahwa Alibaba hingga Tencent mesti mendapatkan persetujuan sebelum berinvestasi dan terlibat dalam putaran pendanaan.
Dikutip dari Reuters berdasarkan sumber yang mengetahui masalah ini, Administrasi Ruang Siber Cina (CAC) sedang menyusun aturan baru yang memungkinkan regulator terlibat dalam rencana investasi atau penggalangan dana perusahaan teknologi.
Setiap platform teknologi yang mempunyai lebih dari 100 juta pengguna, atau mempunyai pendapatan lebih dari 10 miliar yuan atau Rp 22,6 triliun mesti mendapatkan persetujuan dari CAC sebelum berinvestasi.
Sumber yang mengetahui masalah tersebut mengatakan kepada Reuters bahwa beberapa perusahaan teknologi telah diberi pengarahan tentang rencana tersebut. Namun, rancangan aturan tersebut masih dapat berubah.
CAC kemudian membantah adanya dokumen terkait aturan itu.
"CAC belum mengeluarkan dokumen ini dan informasinya salah," kata CAC dikutip dari Reuters, Rabu (19/1).
Awal tahun ini, Beijing juga telah meluncurkan peraturan baru terkait pengendalian algoritme di platform teknologi milik TikTok hingga Tencent.
Aturan terkait algoritme itu disusun oleh CAC, Kementerian Industri dan Teknologi Informasi Cina, Kementerian Keamanan Publik Cina, dan Badan Regulasi Pasar Cina (SAMR). Aturan yang terbit pada dua pekan lalu (4/1) itu akan mulai berlaku pada 1 Maret.
CAC mengatakan, peraturan baru tersebut bertujuan mengendalikan algoritme pada aplikasi.
Teknologi ini berfungsi merekomendasikan apa yang ingin konsumen baca, tonton, putar, dan beli secara online.
Melalui aturan baru itu, aplikasi yang mengandalkan algoritme seperti e-commerce Alibaba, video pendek TikTok, dan game Tencent akan diarahkan untuk lebih mempromosikan energi positif.
"TikTok hingga Tencent juga harus memberi ruang yang memungkinkan konsumen menolak rekomendasi yang dipersonalisasi," demikian dikutip dari South China Morning Post, dua pekan lalu (4/1).
Otoritas membuat aturan itu karena selama ini TikTok hingga Tencent dianggap sering meracuni konten tidak sehat dari rekomendasi.
Regulator mencontohkan, algoritme yang digunakan oleh platform TikTok versi Cina, Douyin diketahui membuat pengguna terus-menerus terlibat dengan jumlah konten yang hampir tak terbatas.
Sebelumnya, pemerintah Cina memang gencar menekan Alibaba hingga Tencent menggunakan serangkaian aturan. Jika ditinjau sejak akhir 2020, setidaknya ada delapan aturan baru yang menyasar raksasa teknologi, di antaranya:
1. Aturan anti-monopoli yang baru
2. Aturan terkait kredit mikro berbasis digital
3. Membatasi anak bermain gim online
4. Memperketat aturan konten di game online hingga video on-demand (VoD). Salah satunya melarang konten yang menampilkan pria bernampilan feminin.
5. Melarang fan ‘mengejar bintang’ secara tidak rasional di media sosial
6. UU Keamanan data yang baru
7. Redistribusi kekayaan
8. Algoritme
Sejumlah perusahaan teknologi pun menerima denda akibat aturan ketat.
CEO Kantor CIO Global Gary Dugan menduga, serangan regulasi dari pemerintah ini menekan perusahaan teknologi seperti Alibaba dan Tencent dalam jangka waktu lama.
Tidak hanya itu, akan ada penambahan lebih banyak sektor yang menjadi sasaran tekanan Beijing.
"Ini kan menjadi waktu yang lama bagi investor untuk khawatir tentang perubahan yang tertunda," kata CEO Kantor CIO Global Gary Dugan, akhir tahun lalu (13/8/2021).