Startup teknologi finansial (fintech) selalu memimpin pendanaan di Indonesia setiap tahun. Meskipun perusahaan rintisan pinjaman online atau fintech lending menghadapi tantangan kredit bermasalah yang tinggi, segmen lain kian diminati investor.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti 25 startup pinjaman online (pinjol) atau fintech lending karena kredit bermasalah atau tingkat wanprestasi pengembalian lebih dari 90 hari (TWP 90) di atas 5%.
Managing Partner AC Ventures Helen Wong mengatakan, Indonesia masih memiliki potensi pasar yang luar biasa. Berdasarkan laporan Boston Consulting Group (BCG) dan AC Ventures (ACV) bertajuk Indonesia’s Fintech Industry is Ready to Rise, startup fintech lending P2P di Indonesia menyalurkan pinjaman lebih dari US$ 17 miliar atau sekitar Rp 255,7 triliun selama 2017 - 2022.
Angka tersebut tumbuh rata-rata per tahun atau compound annual growth rate (CAGR) 140%. “Indonesia saat ini memiliki lebih dari 30 juta akun peminjam peer-to-peer aktif,” kata Helen dalam acara AC Ventures & BCG Fintech Report Launch – Media Roundtable, Rabu (29/3).
Menurutnya, investasi ke fintech lending bisa dilakukan dengan mengambil peluang vertikalisasi atau berfokus pada segmen tertentu misalnya otomotif, properti, dan enablers seperti credit scoring dan KYC.
“Namanya naik turun financial service industry kami sudah lihat hasilnya, banyak. Jadi sekarang bagaimana caranya kami menavigasi,” kata VP of Investment AC Ventures Alvin Cahyadi.
Terlebih lagi, sekitar 75% UMKM di Indonesia tidak punya akses perbankan. Padahal UMKM berkontribusi besar terhadap perekonomian Indonesia.
AC Ventures pun akan melakukan vertikalisasi investasi ke fintech lending dengan segmen yang lebih difokuskan. “Supaya pricing-nya pas,” katanya. Jika tidak memiliki pricing yang tepat, dikhawatirkan akan membuat TWP naik.
Cara untuk mengoptimalkan TWP yakni memberikan lending pada kasus yang spesifik dan memiliki collection leverage.
Selain itu, investor melirik fintech di sektor investasi, asuransi, dan Software as a Service (SaaS).
Rincian pendanaan ke startup fintech Indonesia sebagai berikut:
Fintech Primadona Investor
Setiap tahun, startup fintech selalu mendapat jatah pendanaan terbanyak di Indonesia. Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani menilai, sektor ini tetap akan diminati pada 2023.
“Sektor pertanian, perikanan, fintech, logistik dan kuliner cukup menarik tahun ini dari sisi perkembangan dan investasi," kata Edward kepada Katadata.co.id, pada Desember (26/12/2022). “Sektor-sektor ini akan tetap berkembang.”
Ketua Asosiasi Modal Ventura Untuk Startup Indonesia (Amvesindo) Eddi Danusaputro sepakat bahwa e-commerce, fintech, logistik, pendidikan dan kesehatan masih akan diminati tahun ini.