GoTo tak lama lagi akan merilis aplikasi khusus GoPay. Sekitar tujuh tahun silam, ada cerita menarik dari kelahiran dompet digital tersebut. Alat bayar elektronik ini ternyata “ditemukan” secara tidak sengaja.
Jadi, berbeda dengan produk lain yang diciptakan berdasarkan riset dan kajian bisnis yang mendalam, ide GoPay justru muncul dari kritikan para pengguna aplikasi Gojek.
Budi Gandasoebrata, Head of Regulatory and Public Affairs GoTo Financial, membagikan kisah ini dalam acara Indonesia Data Economic Conference (IDE) 2023 yang digelar Katadata di Jakarta, Kamis (20/7). Di forum ini, dia juga memaparkan perjalanan transformasi GoPay, dari ide awal hingga muncul rencana menjadi aplikasi tersendiri, lebih dari sekadar alat pembayaran.
“Dulu, untuk bayar abang Gojek, kita masih pakai cara tunai. Masalahnya, abang Gojek jarang yang menyiapkan pecahan kecil untuk uang kembalian. Ini sangat merepotkan pengguna dan mitra driver. Kita mendapatkan banyak sekali keluhan,” kenang Budi.
Tak hanya mengkritik, sejumlah pelanggan memberikan saran agar Gojek menyiapkan sistem pembayaran yang mudah tapi tertanam dalam aplikasi Gojek. Maksudnya, pelanggan bisa melakukan pembayaran secara nontunai dan tidak perlu keluar dari aplikasi.
“Dari sinilah ide GoPay muncul dan kami bergerak cepat untuk menjawab kebutuhan tersebut,” kata dia.
Ide bikin GoPay bukan hanya mengatasi kerumitan uang kembalian antara pelanggan dan abang Gojek, juga menjadi cikal bakal lahirnya inovasi pembayaran digital secara lebih luas. Banyak pemain baru kemudian bermunculan dengan bisnis model yang mirip.
Dalam tempo singkat, GoPay bisa melampaui tujuan awalnya sebagai alat bayar untuk layanan Gojek dan yang lain. Kemudian GoPay mulai bisa digunakan untuk pembayaran layanan di luar Gojek, seperti untuk bayar token listrik, langganan internet, TV berbayar, transaksi di minimarket, moda transportasi umum lain hingga transfer.
Puncaknya ketika fitur scan barcode mulai diperkenalkan; GoPay bisa dipakai sebagai alat bayar hingga warung kaki lima.
Tak hanya itu, GoPay menjadi dompet digital pertama yang terkoneksi dengan aplikasi bank. Hal ini terwujud berkat integrasi aplikasi Gojek dan aplikasi Bank Jago pada pertengahan 2021. Integrasi memungkinkan transaksi terjadi secara seamless, tanpa harus top up saldo.
Pada akhir 2022, perusahaan riset PT InsightAsia Research Group Indonesia menobatkan GoPay sebagai platform yang paling banyak digunakan konsumen dengan persentase sebanyak 71 persen. Di keluarga GoTo, GoTo Finansial, unit bisnis yang menaungi GoPay, juga menjadi tumpuan baru untuk mempercepat profitabilitas.
Setelah melesat melampaui tujuan awalnya dan berhasil membentuk budaya baru, GoPay ekspansi dan menciptakan kreativitas baru agar tetap relevan dengan kebutuhan pengguna. “Kami akan meluncurkan aplikasi GoPay dalam waktu dekat,” kata Budi.
Namun, GoPay tidak akan pisah atau spin-off dari aplikasi Gojek dan Tokopedia. GoPay tetap ada di aplikasi Gojek dan juga bisa digunakan untuk bertransaksi di Tokopedia.
Pengguna yang tidak ingin install aplikasi GoPay juga tetap bisa menggunakan GoPay via Gojek atau Tokopedia. “Tidak ada yang berubah, semua tetap sama.”
Lantas, untuk apa GoPay berdiri sendiri? Menurut Budi, perusahaan punya visi dan misi yang tidak akan tercapai jika GoPay hanya menjadi bagian dari platform Tokopedia dan Gojek. “Target itu bisa tercapai apabila kita mengembangkan aplikasi sendiri,” katanya.
Visi-misi yang dimaksud adalah ikhtiar GoTo membuka akses keuangan bagi seluruh lapisan masyarakat, seluas luasnya. GoPay diharapkan bisa menjadi pintu masuk bagi masyarakat kelas menengah bawah yang selama ini belum terlayani institusi keuangan formal.
“Segmen inilah yang menjadi target utama kami. Maka itu, aplikasi GoPay yang kami rancang kami sesuaikan dengan kebutuhan pengguna, termasuk fitur, tampilan dan experience-nya,” kata Budi.
Segmen ini, menurut hitungannya, masih sangat besar jumlahnya. Setidaknya mengacu ke jumlah unbanked people. “Jumlah pengguna GoPay sudah puluhan juta. Artinya, masih ada puluhan juta orang dewasa lain yang belum tersentuh. Aplikasi GoPay yang berdiri sendiri adalah bentuk ekspansi kami dalam menjangkau target market di luar ekosistem GoTo,” katanya.
Di sisi lain, Budi enggan membocorkan fitur-fitur baru dalam aplikasi GoPay. Yang jelas, kata dia, GoPay tidak hanya menjadi alat bayar dan transfer. Fungsinya bakal lebih dari itu, sejalan dengan transformasi GoPay dari alat bayar ongkos Gojek menjadi perusahaan teknologi yang menyediakan layanan finansial.
Goto membukukan total nilai transaksi (gross transaction value/GTV) sebesar Rp613,4 triliun sepanjang 2022. Capaian ini tumbuh 33% dibanding periode yang sama tahun lalu (year-on-year/yoy). Berikut rinciannya seperti tertera dalam grafik.