Inggris memutuskan untuk menyetop penggunaan teknologi baru Huawei terkait jaringan internet generasi kelima (5G) mulai tahun depan. Perusahaan asal Tiongkok ini gencar menyasar pasar Asia Tenggara.
Operator seluler terbesar Thailand, Advanced Info Service (AIS) misalnya, mengalokasikan US$ 1,2 miliar atau sekitar Rp 17,6 triliun untuk investasi jaringan 5G. Perusahaan ingin mencakup sekitar 13% dari total populasi Thailand pada akhir 2020.
Sedangkan pesaingnya, True Corp memilih Ericsson sebagai vendor. Mereka akan menyediakan sistem jaringan 5G di tiga wilayah Thailand.
Di Vietnam, tiga operator telekomunikasi telah menyelesaikan uji coba 5G di kota-kota besar pada April lalu. Mereka yakni Viettel, MobiFone, dan Vietnam and Telecommunications Group (Vinaphone).
Namun, Viettel telah berkolaborasi dengan Nokia. Padahal, Huawei disebut-sebut menawarkan harga yang lebih murah 30% dibandingkan Ericsson dan Nokia.
Di Singapura, dua perusahaan telekomunikasi juga memilih Nokia dan Ericsson sebagai vendor utama untuk mengembangkan 5G.
Singapore Telecommunications (Singtel) mengatakan sedang dalam pembicaraan dengan Ericsson Swedia. Sedangkan perusahaan patungan milik Starhub dan M1 memilih Nokia dari Finlandia sebagai mitra untuk membangun jaringan 5G.
Kedua perusahaan akan membangun jaringan 5G masing-masing. Infrastruktur digital ini ditarget selesai pada awal 2021.
Namun, Huawei masih mencari peluang untuk bisa hadir di negeri jiran itu. “Kami akan membangun (rekam jejak), mendukung pelanggan ketika mereka berinvestasi di jaringan 5G, mendorong pertumbuhan ekonomi dan membantu Singapura untuk terus bersaing secara global,” kata juru bicara Huawei kepada Nikkei Asian Review, dikutip dari Kr-Asia, kemarin (20/7).
Meski begitu, mitra di bidang riset di Frost & Sullivan Sofea Zukarnain menilai, keputusan dua operator seluler Singapura tidak akan berdampak signifikan terhadap persaingan bisnis 5G Huawei secara global.
Di Asia Tenggara, Huawei bekerja sama dengan AIS di Thailand. Perusahaan asal Negeri Panda ini juga bermitra dengan Maxis Malaysia di negeri jiran.
Lalu, Huawei bekerja sama dengan Globe Telecom untuk layanan percontohan 5G di Filipina. Begitu pun di Kamboja.
Beragam langkah untuk memperluas pasar itu dilakukan Huawei di tengah tantangan yang timbul akibat sanksi dari Amerika Serikat (AS). Teknologi baru Huawei bahkan diblokir di Inggris mulai tahun depan.
Inggris juga berencana menghentikan seluruh penggunaan layanan 5G dari Huawei pada 2027.
Lalu, India berencana mengeluarkan produsen Tiongkok dari uji coba 5G. Ini sebagai buntut dari bentrokan antara tentara India dan Tiongkok di perbatasan bulan lalu.
Pada 2018, Australia memutuskan untuk mengecualikan Huawei dan ZTE dari partisipasi pembangunan jaringan 5G. Hal ini karena persoalan keamanan.
Penulis/Reporter: Cindy Mutia Annur