Garena meluncurkan gim bernuansa budaya lokal 'Fantasy Town' pada bulan lalu. Perusahaan asal Singapura itu menargetkan 10 juta pemain game online ini pada akhir 2020.
Direktur Garena Indonesia Hans Kurniadi Saleh mengatakan, gim bergenre pertanian atau farming simulator itu telah digunakan 1 juta pemain sebelum diluncurkan. Setelah dirilis, ada ribuan gamer yang memainkan permainan itu.
Perusahaan pengembang gim Free Fire itu optimistis target 10 juta pemain bisa tercapai. Sebab, 'Fantasy Town' mengusung berbagai karakter legenda lokal, seperti Nyi Roro Kidul dan Kabayan.
Latar kota pada game online tersebut pun bernuansa Indonesia. Contohnya, terdapat Candi Borobudur, Monumen Nasional (Monas), dan berbagai rumah adat daerah.
Apalagi, berdasarkan catatan Asosiasi Gim Indonesia (AGI), pertumbuhan industri gim di Tanah Air melonjak 10-20% selama pandemi corona. Hans optimistis, potensi pasar gim nasional masih sangat besar.
"Kami melihat pasar gim (di Indonesia) ini masih besar. Sekitar satu sampai 10 juta pemain bisa menjadi target kami," ujar Hans saat konferensi pers, Kamis (30/7).
Ke depan, Garena berencana merilis gim tersebut di pasar global. Namun, Hans enggan memerinci negara yang disasar dan waktu peluncurannya.
"Minimal untuk negara-negara di mana Garena beroperasi, yakni Asia Tenggara. Kami sudah ada rencana untuk itu," ujar dia.
Oleh karena itu, 'Fantasy Town' berpeluang dikembangkan lagi sesuai dengan nuansa lokal di negara yang dituju.
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) pun mendukung Garena dalam melestarikan kebudayaan Indonesia. Pelaksana Tugas (Plt) Deputi Bidang Ekonomi Digital dan Produk Kreatif Kemenperekraf Joshua Simanjuntak mengatakan, gim bukan hanya sebagai media hiburan melainkan edukasi dan promosi budaya daerah.
Dengan adanya karakter legenda dan tempat-tempat bersejarah dalam gim itu, industri pariwisata Tanah Air diharapkan menjadi lebih maju. "Para pemain pasti bakal berpikir untuk mengunjungi tempat sesungguhnya setelah pandemi,” kata Joshua.
Ia juga memperkirakan, pendapatan dari e-sports di Indonesia tumbuh 15,7% yoy menjadi US$ 1,1 miliar pada tahun ini. "Namun, tantangan saat ini, bagaimana mendorong konsumsi gim lokal yang masih sekitar 1-2%. Selebihnya didominasi oleh gim dari Amerika Serikat (AS) dan Eropa," ujarnya.
Ia berharap, ada lebih banyak gim lokal unggulan dari Indonesia yang merambah pasar global.