Cip (chipset) langka setelah mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memblokir beberapa perusahaan semikonduktor Tiongkok. Produsen ponsel pintar (smartphone) asal Tiongkok, Xiaomi pun meningkatkan investasi pengembangan cip.
Selain untuk mengatasi kelangkaan cip, langkah tersebut bertujuan mengurangi ketergantungan terhadap ekosistem di AS. "Jalan pengembangan cip itu panjang dan penuh tantangan, tetapi kami memiliki kesabaran dan ketekunan untuk mewujudkannya," kata pendiri Xiaomi Lei Jun dikutip dari Gizmochina, Senin (5/4).
Xiaomi gencar berinvestasi pada pengembangan cip sejak 2019. Asia Nikkei melaporkan, saat itu, Xiaomi berinvestasi di enam perusahaan semikonduktor di Tiongkok.
Jumlahnya melonjak menjadi 22 perusahaan pada tahun lalu. Ini seiring meningkatnya ketegangan antara AS dan Tiongkok.
Pada bulan lalu, Xiaomi menambah kepemilikan saham secara signifikan terhadap 34 perusahaan cip dan 25 produsen perangkat keras (hardware) di Negeri Panda.
Lei Jun mengatakan, langkah itu bertujuan mengembangkan peralatan cip sendiri yang canggih. Dengan begitu, perusahaan bisa leluasa memenuhi kebutuhan perangkat misalnya, pada lensa kamera atau peralatan otomatisasi secara presisi.
Ia menyatakan, strategi tersebut membuahkan hasil. Perusahaan mengumumkan pengembangan cip buatannya sendiri bernama Surge C1 dalam acara peluncuran Mi 11 Series dan Mi Fold pekan lalu.
Fungsi Surge C1 berbeda dengan prosesor milik Qualcomm, MediaTek, atau Samsung. Xiaomi membuat cip ini hanya untuk meningkatkan kualitas kamera pada smartphone baru. "Tetapi ini sudah menandai tonggak pencapaian kemampuan pemrosesan gambar," katanya.
Langkah Xiaomi juga sejalan dengan upaya pemerintah Tiongkok mengembangkan cip nasional. Beijing memang berencana menggaet 90 perusahaan, termasuk Xiaomi dan Huawei, untuk mengembangkan industri semikonduktor lokal.
Semua perusahaan asal Negeri Panda itu telah mengajukan permohonan kerja sama untuk membentuk Komite Teknis Standardisasi Sirkuit Terpadu Nasional. "Mereka akan memperkuat industri semikonduktor Tiongkok," demikian isi informasi resmi yang dirilis oleh Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi (MIIT) dikutip dari Gizchina, Februari lalu (1/2).
Beberapa nama perusahaan tersebut yakni Huawei, HiSilicon, Xiaomi, SMIC, Unichip Microelectronics, Zhanrui Communication, ZTE Microelectronics, China Mobile, China Unicom, ZTE, dan Tencent.
Mereka akan menempati sekretariat yang diusulkan di China Electronics Standardization Institute. Konsorsium itu bakal berfokus pada penelitian dan perumusan standar pengembangan industri semikonduktor lokal. Tujuannya, meningkatkan standar yang relevan dalam penilaian produk seperti cip.
Selain itu, bertugas meningkatkan keandalan dan persyaratan keamanan informasi produk cip yang terintegrasi dalam aplikasi. Misalnya, cip dengan internet seluler, komputasi awan (cloud), Internet of Things (IoT) hingga big data.
Upaya Xiaomi dan Beijing itu juga seiring pasokan cip yang terbatas imbas sanksi dari Trump. Sedangkan semikonduktor ini dibutuhkan produsen ponsel pintar hingga otomotif.
Saat menjabat, Trump memasukkan Huawei dan raksasa semikonduktor Tiongkok Semiconductor Manufacturing International Corp (SMIC) ke dalam daftar hitam (blacklist) terkait investasi maupun perdagangan.
Departemen Pertahanan AS menambahkan sembilan korporasi Tiongkok dalam daftar perusahaan yang dianggap mengancam keamanan, termasuk Xiaomi. Namun, sanksi ini dibatalkan ketika Joe Biden menjabat.