Perusahaan asal Jepang, SoftBank berencana menjual aset US$ 41 miliar atau sekitar Rp 665 triliun untuk melakukan pembelian saham kembali (buyback) dan membayar utang. Di tengah upaya tersebut, lembaga pemeringkat internasional Moody’s justru menurunkan peringkat utang investor Grab itu.
Penurunan peringkat terjadi dua hari setelah SoftBank mengumumkan rencananya menjual aset US$ 41 miliar. Moody's menilai, peringkat utang dipangkas dua kali karena kebijakan keuangan SoftBank yang agresif.
Rating utang SoftBank pun turun dari Ba1 ke Ba3. Moody’s mengatakan, nilai portofolio grup akan berkurang jika menjual saham yang menguntungkan di grup e-commerce Tiongkok, Alibaba dan Sprint di tengah pandemi corona.
"Penjualan aset akan tertekan di tengah penurunan pasar keuangan saat ini, valuasi jatuh dan investor beralih ke instrument investasi yang aman," kata Senior Credit Officer Moody Motoki Yanase, dalam pernyataan resmi, dikutip dari dari Financial Times, Kamis (26/3).
(Baca: Bentuk Komite Khusus, WeWork Tagih Rp 49,5 T yang Dijanjikan SoftBank)
Namun, SoftBank menilai Moody mengambil pandangan yang bias dan keliru. “Tindakan pemeringkatan Moody didasarkan pada asumsi pesimistis yang berlebihan mengenai lingkungan pasar dan kesalahpahaman bahwa SoftBank Grup akan dengan cepat melikuidasi aset tanpa pertimbangan matang,” kata SoftBank dalam pernyataan resminya dikutip dari Reuters.
Penurunan peringkat itu membuat biaya pinjaman SoftBank naik. Padahal, investor Grab dan WeWork ini memiliki utang bersih US$ 55 miliar.
Di satu sisi, perusahaan juga berencana menjual aset untuk buyback saham. Salah satunya dengan menjual saham di Alibaba sekitar US$ 14 miliar.
(Baca: Pemegang Saham Dikabarkan Desak Softbank Merger Gojek dan Grab)
Dana yang diperoleh dari penjualan aset, rencananya dipakai untuk membeli kembali 2 triliun yen saham. Selain itu, perusahaan akan membeli sahamnya lagi senilai 500 miliar yen, sebagaiman pengumuman awal Maret lalu.
Penjualan aset akan dieksekusi selama empat kuartal berikutnya. "Ini memungkinkan kami untuk memperkuat neraca sambil mengurangi utang secara signifikan," kata Chief Executive Masayoshi Son dalam pernyataan resmi perusahaan.
Di luar buyback saham, hasil jual aset akan digunakan untuk membayar utang, membeli kembali obligasi dan meningkatkan cadangan uang tunai. “Ini mencerminkan kepercayaan kuat dan tak tergoyahkan,” kata Son.
(Baca: Anak Usaha Rugi Besar, Laba SoftBank Anjlok Hingga 99% )