Mematahkan Mitos Pohon dan Batu Sinyal di NTT

KATADATA/PINGIT ARIA
Dua orang anak menggunakan telepon seluler (ponsel) di dekat menara telekomunikasi (base transceiver station/BTS) USO XL Axiata di Des Aewora, Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT), Senin (28/10).
Penulis: Pingit Aria
28/10/2019, 15.22 WIB

Eduardo terbiasa memanjat pohon di depan rumahnya bukan untuk memetik buah tapi mencari sinyal. Mirip dengan apa yang dilakukan Euis di film Keluarga Cemara.

Siswa kelas 2 SMP Negeri Aewora itu menggunakan ponsel milik bapaknya yang nelayan. "Tapi karena Bapak belum pandai, saya yang sering disuruhnya pakai. Biasanya untuk menghubungi kakak yang sekolah di Ende," katanya, Senin (28/10).

Desa Aewora berada di Kecamatan Maurole, Kabupaten Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). Desa nelayan ini berjarak sekitar 75 kilometer dari Maumere, atau 90 kilometer dari Ende.

Sampai sekitar sebulan lalu, desa ini belum terjangkau sinyal. "Kalau tak dapat sinyal di pohon, saya harus jalan ke Tanjung Pasir Putih, sekitar 2 kilometer dari sini," kata Edo.

Banyaknya daerah yang tak terjangkau akses telekomunikasi diakui oleh Asisten I Bidang Pemerintahan Kabupaten Ende, Kornelis Wara. Menurutnya, terkadang sinyal itu lebih mudah didapat di tempat tinggi. "Saya sendiri mengalami. Seperti mitos itu adanya pohon dan batu sinyal, harus dipatahkan" ujarnya.

Hari ini, PT XL Axiata Tbk meresmikan BTS (Base Transceiver Station) di Desa Aewora. Proyek dengan skema USO (Universal Service Obligation) ini merupakan bentuk dukungan perusahaan kepada pemerintah dalam penyediaan layanan telekomunikasi di daerah yang selama ini belum terjangkau sinyal internet. Total, ada 289 BTS yang akan dibangun dengan skema serupa hingga akhir 2019.

Skema USO merupakan hasil kerja sama antara operator, Kementerian Komunikasi dan Informatika melalui Badan Usaha Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI), serta pemerintah daerah setempat. Di mana, pemerintah daerah mengusulkan sekaligus menyediakan lahannya. Di Aewora misalnya, lahan yang disediakan untuk pembangunan BTS seluas 400 meter persegi, hasil hibah tokoh masyarakat setempat.

Kemudian, BAKTI memastikan adanya jaringan listrik serta VSAT. Sedangkan operator berinvestasi pada jaringan fiber, transmisi, dan backhaul. "Selama belum feasible secara finansial, dukungan tersebut tetap kami sediakan," kata Direktur Layanan Telekomunikasi & Informasi untuk Badan Usaha Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) KOMINFO, Dhia Anugrah Febriansa.

(Baca: Operator Harap Jhonny Plate Bisa Memeratakan Akses Telekomunikasi)

Membangun 289 BTS dengan Skema USO

XL Axiata menyiapkan belanja modal (capital expenditure/capex) sekitar Rp 150 miliar untuk pembangunan 289 BTS 4G dengan skema USO di daerah terpencil. Dengan durasi 5 tahun kerja sama dengan BAKTI, XL berkomitmen mendukung program ini. "Selama lima tahun, revenue milik kami, sehingga tidak mengganggu keuangan XL," kata Direktur Teknologi XL Axiata, Yessie D. Yosetya.

Yessie menambahkan, semua titik BTS USO yang dibangun XL Axiata tahun ini berada di 51 kabupaten, sebagian besar di antaranya ada di Kawasan Tengah dan Timur Indonesia, termasuk Sulawesi, NTT, Maluku, dan Papua. Menurutnya, XL Axiata merupakan operator telekomunikasi pertama yang on air jaringan USO pada tahun ini. 
 
Ia juga berharap XL Axiata akan bisa melanjutkan program ini tahun depan di area yang semakin luas. Perusahaannya juga akan mengelola dan mengembangkan semua jaringan USO yang dibangun agar mampu memberikan nilai tambah ekonomi bagi masyarakat. 

Untuk itu, seiring dengan pembangunan jaringan USO, XL Axiata juga akan menyiapkan ekosistem pendukung sehingga masyarakat dapat memanfaatkan semua jenis layanan XL Axiata. Di Aewora misalnya, pelatihan internet untuk pengembangan perikanan telah diberikan pada sekitar 50 nelayan.

(Baca: XL Axiata Pakai Teknologi Huawei untuk Kelola Jaringan 2G hingga 5G)

Potensi Perluasan Jaringan di Luar Jawa Lebih Besar
 

Area luar Jawa menurutnya memiliki potensi perluasan jaringan terutama karena penggunaan data internet yang sangat tinggi. Berdasarkan data APJII, pengguna internet di Indonesia meningkat hingga 500%  dalam sepuluh tahun dari 29 juta menjadi 171 juta pada 2018, meski baru 44% yang berada di luar Jawa. "Dengan potensi ini, tentunya kami sangat optimis untuk mengembangkan potensi bisnis terutama data di area luar Jawa, termasuk area-area jaringan USO,“ tutur Yessie.
 
Sebelumnya pada 2017 dan 2018, XL Axiata juga telah mulai membangun jaringan USO di sejumlah daerah, antara lain Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sumatra Selatan, Jawa Timur dan Nusa Tenggara Barat. Sambutan masyarakat di semua area titik BTS berada sangat positif. Data trafik yang tercatat di setiap BTS juga menunjukkan kenaikan antara 11% - 15% sejak pertama beroperasi. 

Selain jaringan USO, XL Axiata sudah hadir di NTT sejak tahun 2017 dengan jaringan data di 22 kota/kabupaten di Nusa Tenggara Timur, dengan dukungan total sekitar 1.000 BTS. Khusus jaringan 4G, sudah masuk ke 19 kota/kabupaten, dengan lebih dari 200 BTS.   

Kota/kabupaten yang sudah terlayani jaringan data XL Axiata adalah Alor, Belu, Ende, Flores Timur, Kota Kupang, Kupang, Lembata, Manggarai, Manggarai Barat, Manggarai Timur, Nagekeo Ngada, Rote Ndao, Sikka, Sumba Barat, Sumba Timur, Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara, Sabu Raijua, Sumba Barat Daya, Malaka, dan Sumba Tengah. Total jumlah pelanggan lebih dari 65 ribu dan 90% di antaranya adalah pelanggan yang aktif menggunakan data XL Axiata.
 
Saat ini XL Axiata memiliki pelanggan sebanyak 56,6 juta pelanggan, dan diperkuat dengan lebih dari 127 ribu BTS termasuk lebih dari 53 ribu BTS 3G dan lebih dari 37 ribu BTS 4G. Jaringan 4G LTE XL Axiata juga terus diperluas, dan saat ini sudah mencapai lebih dari 408 kota/kabupaten di berbagai wilayah di Indonesia.

(Baca: XL Axiata Sediakan Rp 150 Miliar untuk Bangun 289 BTS 4G di Luar Jawa)

Reporter: Pingit Aria