Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) menyebut sudah terdapat 16 operator yang berminat menggunakan jaringan Palapa Ring Timur. Hal ini dinilai menujukkan potensialnya pasar jaringan serat optik wilayah tersebut.
Direktur Utama Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI) Kementerian Kominfo Anang Latif mengatakan, banyak operator yang berminat pada Palapa Ring Timur karena jangkauannya yang mencapai 51 kota/kabupaten. Berdasarkan informasi yang diperolehnya, hampir semua operator bahkan sebenarnya berminat menggunakan jaringan optik tersebut.
"Logisnya, pasti operator mencari pasar baru walau tidak sebesar di Jawa atau tempat lainnya. Sedangkan biaya terbesarnya sudah di-handle oleh pemerintah melalui proyek Palapa Ring ini," ujar Anang saat dihubungi Katadata.co.id, Selasa (3/9).
Anang melanjutkan, nantinya operator hanya tinggal melengkapi infrastruktur aksesnya (last mile). Operator, menurutnya, bisa menggunakan media seperti radio, seluler, atau wifi untuk menurunkan biaya last mile tersebut.
(Baca: Sambut Ibu Kota Baru, Tiga Operator Maksimalkan Kapasitas Jaringannya)
Sebelumnya, Kominfo mengklaim bahwa tarif palapa ring lebih murah ketimbang harga pasar. Menteri Kominfo Rudiantara menjelaskan, tujuan akhir dari Palapa Ring ini adalah tarif satu harga di seluruh Indonesia.
Untuk bisa mewujudkan hal tersebut, pemerintah perlu membangun infrastruktur supaya operator mau menyediakan akses komunikasi di seluruh pelosok Indonesia. Sebab, semakin sedikit permintaan maka semakin mahal tarif layanan komunikasinya.
“Di awal saya menjadi menteri, tarif operator di Papua dua kali lipat dibanding Jakarta. Kebijakannya tarif tidak boleh berbeda di seluruh Indonesia. Begitu infrastruktur tersedia, tarif mulai turun," katanya saat Rapat Kerja (Raker) dengan Komisi I di MPR/DPR, Jakarta, Senin (13/5).
Palapa Ring paket barat misalnya, terbagi atas tiga proyek. Proyek satu terdiri dari Dumai, Siak, Bengkalis, Tebing Tinggi, Karimun, dan Tanjung Pingir. Proyek dua terbagi atas Tanjung Bemban, Terampa, Natuna, dan Singkawang. Terakhir adalah Tanjung Bemban, Daik Lingga, dan Kuala Tungkal.
(Baca: Kominfo Kaji Bangun Palapa Ring Khusus di Kalimantan)
Tarif 1 giga byte per detik (gbps) bandwith Palapa Ring Barat proyek satu Rp 9 juta per bulan. Sedangkan di pasaran, tarifnya mencapai Rp 50 juta. Tarif proyek dua Palapa Ring Barat sebesar Rp 55,7 juta, lebih rendah dibanding pasar Rp 139 juta. Begitu pun dengan tarif proyek tiga Palapa Ring Barat senilai Rp 23 juta, di bawah harga pasaran Rp 58 juta.
Kondisi serupa terjadi di Palapa Ring paket tengah, yang memiliki enam proyek. Proyek empat, kapasitas pita lebarnya mencakup Sendawar dan Long Bangun. Proyek lima mencakup Kendari, Wanggudu, Bungku, Petasia, Tentena. Lalu, proyek enam terbagi atas Kendari, Wawoni, Raha, Sawerigadi, Lakudo, Barungga, Baubau.
Proyek tujuh terdiri dari Luwuk, Salakan, Banggai, Taliabu, dan Sanana. Proyek delapan A mencakup Manado, Ondong Siau, Tahuna, Melonguane, Morotai, Tobelo. Terakhir, proyek delapan B terbagi atas Ternate, Tedore, dan Sofifi.
(Baca: 90% Layanan Telepon di Jayapura Sudah Normal, Internet Masih Diblokir)
Tarif 1 gbps bandwith Palapa Ring Tengah proyek empat hanya Rp 9 juta, di pasar mencapai Rp 22 juta. Tarif di proyek lima juga hanya Rp 19 juta, sedangkan di pasar Rp 40 juta. Tarif di proyek enam sebesar Rp 26 juta, lebih rendah ketimbang pasar Rp 92 juta.
Begitu pun tarif di proyek tujuh, delapan A, dan delapan B masing-masing Rp 22 juta, Rp 30 juta, dan Rp 7 juta. Di pasaran, tarif 1 gbps di wilayah cakupan ketiga proyek ini sebesar Rp 88 juta, Rp 107 juta, dan Rp 26 juta.
Sebelumnya, analisis Opensignal juga menyebutkan bahwa kecepatan internet untuk mengunduh di Sorong, Papua Barat tertinggi di Indonesia, yakni 12 mbps. Lalu, kecepatan internet dalam mengunggah tertinggi di Pekanbaru, yakni 5,9 mbps. Kecepatan internet di kedua kota ini pun jauh lebih tinggi dibanding Jakarta.
Menurut Analisis OpenSignal Kevin Fitchard, kecepatan internet Sorong dan Pekanbaru yang lebih tinggi ketimbang Jakarta adalah karena faktor permintaan. Menurutnya, permintaan layanan komunikasi di Jakarta lebih tinggi dibanding kedua wilayah tersebut. Alhasil, kecepatan internet di Jakarta lebih rendah ketimbang Sorong dan Pekanbaru.