Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM) mencatat perempuan yang menjadi wirausaha mencapai 14,3 juta di Indonesia pada 2018. Dari jumlah tersebut, rerata perempuan kesulitan mendapat permodalan.
Chief Operating Officer (COO) Katadata Ade Wahyudi mengatakan ketiadaan modal membuat wirausaha perempuan sulit mengembangkan usahanya. Selain modal, wirausaha perempuan menghadapi persoalan akses untuk mengembangkan keterampilan dan produk.
Padahal Kementerian Koperasi dan UKM mencatat, wirausaha perempuan berkontribusi 9,1% terjadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2018. “UMKM perempuan banyak menghadapi tantangan dalam scaling up,” kata Ade dalam diskusi Katadata Forum bertajuk ‘Scaling Up Women Entrepreneurs’ di Hotel JW Marriot, Jakarta, Selasa (5/3).
Hal ini diamini oleh Co-Founder Instellar Dian Wulandari. Dian menyebutkan, ada tiga tantangan yang dihadapi perempuan guna meningkatkan usahanya. Pertama, minimnya akses terkait pengetahuan dalam berwirausaha. Kedua, sulitnya akses permodalan.
Ketiga, kurangnya rasa percaya diri perempuan dalam berusaha. “Kalau tidak ada kemampuan dan rasa percaya diri, lantas bagaimana bisa berkembang?” ujar Dian.
(Baca: Potensi Besar Layanan Keuangan untuk Kaum Perempuan)
Untuk itu, ia berbagi tips agar perempuan bisa meningkatkan usahanya. "Klise, trust your self, kalau kita mampu dan mau melakukannya. Percaya apa yang kita lakukan akan membawa kebaikan di sekitar kita," kata dia.
Pada kesempatan itu, Partner of Patamar Capital Dondi Hananto mengatakan, keterlibatan perempuan mendorong konsumen untuk membeli produk hingga 70 %. Untuk itu, ia optimistis usaha bisa berjalan baik dengan campur tangan perempuan.
Di samping itu, berdasarkan pengalamannya perempuan lebih rajin membayar pinjaman. Oleh sebab itu, menurutnya wirausaha perempuan berpotensi untuk mendapat modal guna meningkatkan usahanya.
Wirausaha perempuan bisa bergabung dengan Investing in Women untuk meningkatkan pengetahuan terkait berusaha. Chief Excecutive Officer Investing in Women Dr Julia Newton Howes mengatakan, instansinya memiliki misi meningkatkan ekonomi negara-negara di Asia Tenggara. “Kami tahu perempuan memiliki peran yang luar biasa di bidang ekonomi, sehingga kami hadir untuk mendukung peluang tersebut,” ujarnya.
(Baca: Kontribusi Perempuan dalam UMKM Turut Dongkrak PDB)
Adapun riset Ekonom Universitas Trisakti menunjukkan, sekitar 88% pengusaha perempuan kesulitan memperoleh akses permodalan dari bank. Lalu, 67% pengusaha perempuan kesulitan mendapat bahan mentah atas produk-produknya.