Jokowi Dorong Startup Nasional Ekspansi ke Luar Negeri

Facebook/Go-Viet
Pengemudi Go-Viet, yang merupakan jelmaan Go-Jek di Vietnam.
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
7/12/2018, 13.14 WIB

Presiden Joko Widodo (Jokowi) memandang potensi startup di Indonesia untuk tumbuh sangatlah besar. Namun, ia berharap startup Nasional punya visi untuk ekspansi atau memperluas pasar ke luar negeri.

Ia memberi contoh penyedia layanan on-demand, Go-Jek yang sukses berekspansi. Tahun ini, Go-Jek resmi hadir di Thailand dan Vietnam dengan nama GET dan Go-Viet. Terakhir, Go-Jek juga mulai uji coba aplikasi di kampung halaman pesaingnya, Grab, di Singapura. Selanjutnya, Go-Jek bakal merambah Filipina.

(Baca juga: Jempol Jokowi untuk Go-Jek di Vietnam)

Indonesia sendiri sudah memiliki empat unicorn yakni Go-Jek, Traveloka, Tokopedia, dan Bukalapak. "Saya mau lebih banyak unicorn yang lahir di Indonesia untuk ekspor teknologi ke negara lain," kata dia saat membuka acara Digital Start Up Connect 2018 di Balai Kartini, Jakarta, Jumat (7/12).

Adapun unicorn adalah sebutan bagi startup yang bervaluasi lebih dari US$ 1 miliar. Di ASEAN, terdapat tujuh unicorn, dan empat di antaranya lahir di Indonesia.  "Semoga ada lagi yang menyusul keempat startup tadi menjadi unicorn," kata Jokowi.

Ia mencatat, pertumbuhan startup digital sangat pesat. Berdasarkan catatannya, ekonomi digital berkontribusi 7,3% terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia pada 2017. Menurut Jokowi, capaian ini baik mengingat pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya 5,1% tahun lalu.

Tahun ini, kontribusi ekonomi digital diproyeksi naik menjadi 8,5% terhadap PDB Indonesia. "Alhamdulillah, ini kemajuan sociopreneuer Indonesia yang luar biasa," kata dia. Sejalan dengan hal itu, ia optimistis perkembangan startup digital berdampak positif juga ke perekonomian rakyat atau Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).

Secara global, McKinsey menyebut bahwa kontribusi ekonomi digital mencapai 10% terhadap PDB dunia sejak 2006-2016. Lalu, riset Huawei pada 2017 menyebutkan, nilai ekonomi digital mencapai US$ 11,35 triliun atau dekitar 11,5% terhadap PDB dunia. 

Kontribusi ekonomi digital diproyeksi naik sekitar 2,5 kali lipat, menjadi 24,3% terhadap PDB dunia atau US$ 23 triliun. "Maka saya minta (ada lebih banyak) inkubator dan akselerator, itu perlu. Institusi seperti ini harus diperbanyak," ujarnya.

(Baca juga: Ekspansi ke Thailand, Traveloka Berhasil Jadi Paling Populer)

Pada kesempatan yang sama, Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Rudiantara memperkirakan bahwa kontribusi ekonomi digital bisa mencapai 11% terhadap PDB Indonesia atau sekitar US$ 130 miliar pada 2020. "Karena saat itu perkiraan PDB Indonesia sekitar US$ 1,2 triliun," ujar dia.

Adapun pemerintah menargetkan Indonesia bisa menjadi energi digital Asia pada 2020. Sejalan dengan hal itu, pemerintah membidik adanya 1.000 startup hingga 2020 dengan valuasi mencapai US$ 10 Miliar.

Per Oktober 2018, data Kementerian Kominfo menunjukkan sudah ada 247 startup yang sudah melewati tahap bootcamp atau memiliki produk. Selanjutnya, mereka akan masuk tahap inkubasi atau siap menjadi bagian dari ekosistem startup digital. Adapun tiga tahap sebelum bootcamp, adalah ignition atau penanaman pola pikir; workshop atau pembekalan keahlian dasar; dan, hackathon atau pembentukan tim.

Reporter: Desy Setyowati