Layanan Go-Jek dan Grab Mengubah Pola Logistik Era Digital

Arief Kamaludin|KATADATA
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
28/11/2018, 17.29 WIB

Hanya saja, ia melihat biaya logistik masih tinggi, terutama untuk pengiriman barang ke wilayah timur. Sejalan dengan hal itu, kawasan berikat atau pergudangan penting untuk dibangun di wilayah tersebut.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Logistik Indonesia (ALI) Nofrisel memperkirakan, industri logistik bakal mengadopsi Internet of Things (IoT) dalam waktu dekat. Hanya saja, ia melihat pemerintah terlambat membuat aturan. Alhasil, pemain logistik yang sudah ada terlambat mengadopsi teknologi.

"Peraturan e-commerce misalnya, belum selesai dibahas padahal bisnisnya hampir Rp 500 triliun. Akhirnya banyak pelaku muncul mumpung belum ada aturan. Pemain lama tidak sempat beradaptasi dengan itu, menjadi penonton saja dan akhirnya rugi," kata dia.

Selain itu, ia melihat belum ada kebijakan interkoneksi logistik dari pemerintah. Misalnya, angkutan barang yang terhubung antara bus, kereta api, kapal laut, dan pesawat. Bila interkoneksi tersedia, semestinya pengiriman barang hingga ke pelosok Indonesia bisa lebih cepat.

Meski begitu, ia melihat industri ini masih akan tumbuh sekitar 12-14% per tahun. Hanya, layanannya akan lebih banyak mengarah kepada e-commerce. "E-commerce logistik adalah tren baru. Kami semua (di industri logistik) harus mengarah ke sana," kata dia.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati