Bocoran Google untuk Startup yang Ingin Jadi Unicorn

ARIEF KAMALUDIN | KATADATA
Pengemudi ojek Go-Jek mengantarkan penumpang menuju salah satu kawasan perkantoran di Jakarta, Jumat (26/06/2015).
Penulis: Desy Setyowati
Editor: Pingit Aria
24/10/2018, 17.31 WIB

Ketiga, membangun budaya kerja. Bukan hanya jajaran pimpinan yang memiliki pemikiran untuk menjadi unicorn, seluruh pegawai juga harus berpikir selaras. "Kalau tidak membangun budaya dan mengubah pemikiran tim, Anda akan gagal," kata dia.

Ia mencontohkan, CEO Tokopedia William Tanuwijaya mengadakan program pelatihan bagi karyawan baru yang disebut Nakama Academy. Nakama adalah sebutan bagi karyawan Tokopedia, yang diambil dari bahasa Jepang yang berarti teman layaknya keluarga. "Ini penting untuk membangun pemikiran sama di organisasi," kata dia. 

Selain itu, menurutnya penting bagi pendiri startup untuk berpikir membangun ekosistem atau komunitas. Sebab, ekosistem penting untuk mendukung perkembangan startup. "CEO Go-Jek Nadiem Makarim dan William tidak berpikir tentang uang (saat memulai). Mereka membangun ekosistem," katanya.

(Baca juga: Ekspansi ke Indonesia, Alipay dan WeChat Pay Bersiap Gandeng BNI)

Di lain kesempatan, Commercial Architect, Business Development, APAC, Amazon Web Services (AWS) Peter Shi menambahkan, unicorn juga harus pintar mengambil langkah ekspansi. Tujuan supaya setiap uang yang keluar menghasilkan peluang baru dan optimal baru pertumbuhan startup. Caranya, bisa menggunakan teknologi yang terintegrasi.

Dalam hal ini, ia mengklaim layanan AWS bisa menghemat biaya hingga 67%. "Pilih teknologi yang memberikan visibilitas biaya dan kecepatan untuk pengetahuan lebih yang Anda butuhkan," kata dia.

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati