Bahas Ekonomi Kreatif, Bekraf Undang Jack Ma hingga Jeff Bezos ke Bali

Arief Kamaludin|KATADATA
Ilustrasi tantangan dan dinamika industri startup dan e-commerce Indonesia.
Penulis: Pingit Aria
5/12/2017, 13.15 WIB

Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) akan menggelar Konferensi Dunia tentang Ekonomi Kreatif atau World Conference on Creative Economy (WCCE) di Bali pada Mei 2018 mendatang. Pertemuan WCCE akan mempertemukan 1.500 regulator, akademisi, hingga para pelaku ekonomi kreatif dari 100 negara.

Di antara tokoh kunci yang akan diundang adalah Jack Ma dari Alibaba dan Jeff Bezos dari Amazon. Sementara dari regulator, Bekraf akan mengundang Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau yang dipandang sukses mengembangkan industri kreatif di negaranya.

“Mudah-mudahan Beliau semua bisa hadir,” kata Wakil Kepala Bekraf Ricky Joseph Pesik di Bandung, Selasa (5/12).

Pertemuan ini bertujuan untuk membahas empat isu utama terkait ekonomi kreatif yang meliputi dampak sosial ekonomi kreatif, masalah pemasaran, struktur financial dan pembuatan regulasi yang tepat.


10 Ekspor Ekonomi Kreatif Indonesia 2013

Ricky menyatakan, pemerintah optimistis, ke depan ekonomi kreatif akan menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia. Salah satu indikatornya adalah kontribusi ekonomi kreatif terhadap total Produk Domestik Bruto (PDB) yang terus menanjak dalam tiga tahun terakhir.

(Baca: Bekraf Kejar Target PDB Rp 1.000 Triliun dari Industri Kreatif)

Bekraf menargetkan, sepanjang tahun ini kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB akan mencapai Rp 1.000 triliun, naik 11,78% dibandingkan realisasi 2016 yakni sebesar Rp 894,6 triliun. Pada 2015 kontribusinya masih berada pada posisi Rp 852 triliun atau sekitar 7,83% PDB.

“Indistri kreatif dapat memberikan kesempatan yang setara bagi setiap orang untuk berkontribusi tanpa memandang usia, jenis kelamin, hingga latar belakang,” tutur Ricky.

Pada skala global, nilai ekonomi industri kreatif bahkan melampaui industri minyak. Konferensi Perdagangan dan Ppembangunan, Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNCTAD) pada tahun 2012, industri kreatif menyumbang US$ 2,2 triliun atau 230 persen lebih banyak dari nilai ekspor minyak OPEC.

"Ke depan Indonesia tidak bisa lagi mengandalkan sektor primer, seperti pertambangan. Ekonomi kreatif harus muncul, ini adalah program pemerintah," kata Ricky.

(Baca: Sri Mulyani Anggap Generasi Milenial Aset Penggerak Ekonomi)

Bukan hanya sumbangan terhadap PDB, kontribusi ekonomi kreatif terhadap serapan tenaga kerja juga terbilang besar dan terus meningkat. Tahun ini sektor ekonomi kreatif diprediksi mampu menyediakan lapangan pekerjaan bagi 16,4 juta orang, naik dari realisasi 2016 sebanyak 16,2 juta lapangan perkerjaan.

"Berdasarkan hasil riset gabungan yang dilakukan oleh BPS dan Bekraf pada 2015, sektor ini menyerap 15,9% tenaga kerja dan menyumbangkan ekspor sebesar 19,4 miliar dolar Amerika Serikat (AS)," kata Ricky.