Nokia kembali meramaikan pasar ponsel dunia. Perusahaan asal Finlandia ini memperkenalkan ponsel pintar (smartphone) baru yang diproduksinya setelah vakum selama tiga tahun terakhir. Smartphone baru bertajuk Nokia 6 itu menggunakan sistem operasi Android.
Nokia 6 akan dipasarkan di Cina, dengan banderol 1.699 yuan atau sekitar Rp 3,2 juta. "Cina merupakan pasar smartphone terbesar dan paling kompetitif di dunia," kata Vice President Greater China, HMD Global, Nestor Xu, dalam siaran pers tertulisnya, Minggu (8/1). (Baca: Bisnis Ponsel Lagi, Nokia Akan Luncurkan Smartphone Android)
Ini merupakan ponsel pintar pertama Nokia yang diproduksi di bawah kesepakatan lisensi baru dengan HMD Global. Melalui pemberian lisensi kepada perusahaan asal Helsinki tersebut, Nokia tidak memproduksi ponsel pintar itu. Yang memegang hak eksklusif atas ponsel-ponsel Nokia untuk 10 tahun mendatang adalah HMD yang dikelola mantan petinggi Nokia .
Selain Nokia 6, seperti dilansir The Telegraph, Senin (9/1), HMD Global pun berencana merilis sejumlah smartphone serta ponsel berfitur lainnya.
Meski baru dirilis di Cina, HMD Global berjanji memasarkan lebih banyak ponsel Nokia 6 dalam beberapa bulan ke depan. Smartphone yang terbuat dari aluminium ini memiliki layar berukuran 5,5 inci dan memakai platform Nougat, yang merupakan versi terbaru Android.
Nokia saat ini tidak lagi mengucurkan investasinya di HMD, melainkan fokus pada bisnis telekomunikasi. Namun, Nokia tetap akan menerima royalti dari setiap unit ponsel yang terjual. (Baca: Setelah 17 Tahun, BlackBerry Berhenti Produksi Ponsel)
Beberapa tahun lalu, Nokia sebenarnya telah merilis ponsel pintar perdana. Namun, sstem operasinya bukan Android, melainkan Symbian. Nokia sempat bersikukuh menggunakan sistem operasi smartphone miliknya sendiri tersebut hingga akhirnya menandatangani kontrak dengan Microsoft pada 2011. Selanjutnya, ponsel pintar Nokia menggunakan sistem Windows Phone.
Nokia pun menjual divisi ponselnya kepada Microsoft pada 2013. Ketika itu, muncul tantangan dari Apple dan Android yang sudah terlebih dahulu menguasai pasar ponsel. (Baca: Mulai 2017, Ponsel Buatan Awal 2010-an Tak Bisa Pakai WhatsApp)
Strategi ini berujung pada bencana. Harga saham Nokia terus merosot. Akhirnya, pada 2013, Nokia memutuskan menjual divisi ponselnya kepada Microsoft senilai € 5.4 miliar atau sekitar Rp 76 triliun.
Namun, kemudian perusahaan asal Amerika Serikat ini merumahkan ribuan karyawannya. Para politikus Finlandia, negara asal Nokia, menuduh Microsoft melanggar janji dengan melakukan pemangkasan jumlah pekerja.