Uber bakal mendapatkan pesaing berat dalam bisnis layanan transportasi berbasiskan aplikasi online. Didi Chuxing, perusahaan sejenis Uber di Cina, baru saja mengantongi komitmen pendanaan dari Apple Inc. senilai US$ 1 miliar atau setara Rp 13,3 triliun.
Dalam pengumumannya, CEO Apple Tim Cook menyatakan pendanaan itu untuk membantu raksasa teknologi dunia tersebut memahami pasar Cina. Investasi Apple yang tergolong langka tersebut juga langsung menyentuh dua lini yaitu konsep ekonomi berbagi (sharing ekonomi) dan teknologi mobil.
Menurut Cook kerjasama antara Apple dan Didi Chuxing ini memang bertujuan untuk mempelajari beberapa segmen pasar di Cina. “Tentu saja, pasti akan ada timbal balik dari investasi modal yang kami kucurkan,” katanya seperti dikutip Reuters, Jumat (13/5). Ia pun berjanji akan melawat ke Cina pada Mei ini untuk memuluskan kerjasama tersebut.
(Baca: Kinerja Apple Terburuk dalam 13 Tahun Terakhir)
Para analis menilai kesepakatan antara Apple dan Didi Chuxing itu menandai langkah Apple untuk melakukan diversifikasi bisnis setelah penjualan ponsel pintar iPhone melesu. Apple sebelumnya mampu mendulang pemasukan dari penjualan Apple Music serta layanan pembayaran mobile, Apple Pay.
Penjualan Apple di Cina sempat menyentuh titik nadir seiring perlambatan ekonomi di negara tersebut. Namun, Cook tetap optimistis menatap pasar Cina. Ia menyebut kesepakatan dengan Didi memperlihatkan minat Apple terhadap pertumbuhan bisnis di negara itu secara jangka panjang. (Baca: Pemerintah Ancam Grab dan Uber Urus Izin Sebelum 31 Mei 2016)
Di sisi lain, investasi Apple pada Didi ini dianggap untuk memperbaiki hubungan Apple dengan pemerintah Cina. Sebab, belum lama ini, pemerintah Cina sempat menutup layanan buku online dan penyedia film milik Apple. “Selain menunjukkan keseriusannya di Cina, Apple juga membantu Didi membangun platform ride-sharing,” ujar analis dari Creative Strategies, Ben Bajarin.
Kemitraan Apple dengan Didi merupakan model baru kerjasama antara perusahaan teknologi dan jasa layanan transportasi. Baru-baru ini, General Motors sebenarnya membuat langkah serupa. Produsen otomotif asal Amerika ini menggandeng perusahaan teknologi berkendara bernama Cruise Automation serta korporasi penyedia layanan berbagi tumpangan di negara itu bernama Lyft.
(Baca: Uber dan Grab Hampir Penuhi Lima Syarat Angkutan Online)
Di sisi lain, manajemen Didi Chuxing menyatakan, pendanaan dari Apple tersebut sebagai investasi terbesar yang pernah diraihnya. Perusahaan yang awalnya bernama Didi Kuaidi ini, mencatatkan pendapatan miliaran dolar sebagai penguasa pasar jasa layanan berbagi tumpangan (ride-sharing) di Cina. Perusahaan ini mengklaim setiap harinya melayani 11 juta perjalanan, dengan lebih dari 87 persennya untuk kebutuhan perjalanan pribadi di negara tersebut.
Sebagai perusahaan yang baru berdiri satu tahun, Didi sempat mendapat sokongan dana dari perusahaan hasil merger Tencent Holdings Ltd. dan Alibaba Group Holding Ltd. Yaitu dua perusahaan internet terbesar di Cina.
Saat ini, Didi beroperasi di 400 kota Cina, dengan merangkul 14 juta pengemudi. Tak hanya menawarkan layanan taksi, Didi menyediakan penyewaan mobil pribadi untuk digunakan pelanggan serta uji coba mengemudi atau test driving.
Didi juga bersaing sengit dengan Uber di pasar Cina. Mereka berlomba-lomba menambah jumlah pengemudi dengan program subsidi tarif untuk pelanggan. Tahun ini, Uber mentargetkan beroperasi di 100 kota Cina.
Menanggapi kerjasama Apple dengan Didi, CEO Uber Travis Kalanick menuliskan sebuah pesan bernada sindiran melalui akun Twitter miliknya. “Kekasih saya memiliki saham @apple, berarti ia menjadi investor Didi,” ujar Kalanick, seperti dikutip Bloomberg, Jumat (13/5).