Transaksi Anjlok, CEO Grab Sebut Pandemi Corona Krisis Terbesar

Grab
Dari kiri ke kanan: Managing Director Grab Indonesia Neneng Goenadi, CEO Grab Anthony Tan, President of Grab Indonesia Ridzki Kramadibrata
21/4/2020, 10.16 WIB

Meski begitu, Grab mengaku likuiditas keuangan mereka cukup untuk menghadapi resesi akibat pandemi corona hingga tiga tahun. "Karena basis investor yang kuat, kami beruntung memiliki likuiditas yang cukup untuk melewati, apakah itu resesi 12 bulan atau 36 bulan," kata Tan.

(Baca: Ada Pandemi, CEO Grab: Likuiditas Cukup untuk Melewati Resesi 3 Tahun)

Di sisi lain, perusahaan terbantu diversifikasi layanan. Grab memiliki beragam fitur mulai dari antar penumpang seperti GrabBike, GrabCar, dan GrabTaxi, pesan-antar makanan GrabFood, logistiK GrabExpress, serta di bidang retail ada GrabMart dan belanjaan.

Di beberapa negara, layanan pembayaran GrabPay juga tersedia. Selain itu, decacorn asal Singapura ini bekerja sama dengan beberapa perusahaan untuk menyediakan layanan seperti Good Doctor lewat GrabHealth. 

Strategi yang dikenal dengan aplikasi super (SuperApps) tersebut membantu perusahaan bertahan di tengah pandemi virus corona. Tan pun memastikan mitra pengemudi masih memiliki peluang pendapatan seperti dengan memanfaatkan layanan pengiriman.

Meski, ia mengakui bahwa permintaan layanan pengiriman dan pesan-antar makanan belum cukup untuk mengimbangi penurunan dari sisi transportasi. (Baca: Pendapatan Pengemudi Taksi dan Ojek Online Anjlok 80% Akibat Corona)

"Ke depan, saya tahu bahwa transportasi merupakan layanan esensial pasar. Jadi kami memperkirakan itu akan pulih dengan kuat, begitu orang-orang mulai pulang pergi lagi setelah pembatasan," katanya. 

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan