Beberapa aplikasi seperti pinjaman online ilegal maupun yang menjadi alat mata-mata lolos dan beredar di toko aplikasi. Perusahaan teknologi asal Amerika Serikat (AS) Google pun membagikan dua tips untuk menghindari pencurian data oleh pengembang aplikasi-aplikasi berbahaya tersebut.
Pertama, memanfaatkan fitur-fitur keamanan. Yang teranyar, Google meluncurkan fitur hapus histori penelusuran secara otomatis dalam 18 bulan.
Lalu, pengguna dapat mengontrol akun dengan fitur Pemeriksaan Privasi Google (Privacy Checkup), yang memungkinkan pengguna untuk menyesuaikan preferensi saat menelusuri internet. Selain itu, ada fitur mode samaran (Incognito) sehingga tidak bisa dilacak riwayat penelusurannya.
(Baca: Google Rilis Fitur untuk Hindari Penipuan Lewat Telepon
"Yang paling penting dan lebih jauh lagi, kami secara proaktif berupaya untuk memberi tahu pengguna jika ada atau potensi masalah pada akun mereka," ujar Product Manager, Privacy Products, and Services Google Greg Fair saat konferensi pers secara virtual, Selasa (30/6).
Kedua, meninjau kembali dan memastikan akun mereka aman melalui beberapa fitur dan kebijakan baru Google. "Luangkan waktu untuk melihat keamanan akun dan pastikan Anda memiliki pengaturan yang tepat," ujar dia.
Greg mengklaim, fitur Safe Browsing melindungi lebih dari empat miliar perangkat dari ancaman phishing dan malware setiap hari. Selain itu, Google Play Protect memiliki fitur untuk memindai aplikasi pengguna selama, sebelum, dan setelah pengunduhan.
(Baca: Digugat soal Privasi, Google Hapus Otomatis Riwayat Pencarian Pengguna)
Sebelumnya, Google juga meluncurkan fitur panggilan terverifikasi (verified calls) pada aplikasi Google Phone. Fitur ini diklaim dapat meminimalkan panggilan spam atau upaya penipuan.
Spesialis Keamanan Teknologi Vaksincom Alfons Tanujaya juga sempat mengatakan, pengguna sebaiknya menggunakan program keamanan seperti Firewall dan Antivirus dan memastikan terpasang dan berfungsi dengan baik guna mengamankan data.
Ketiga, membuat cadangan (backup) data penting dan pisahkan dari koneksi online. “Untuk menjaga serangan ransomware," ujar Alfons kepada Katadata.co.id, Maret (19/3), lalu.
Terakhir, membatasi percobaan login untuk mengantisipasi serangan Bruteforce. Selain itu, IP perlu dibatasi dan menggunakan VPN untuk mengamankan jaringan.
(Baca: Waspada, Begini Modus Pembajakan WhatsApp Lewat Vocer Gim Indomaret)