Raksasa teknologi asal Tiongkok Alibaba bakal meluncurkan pusat data (data center) ketiga di Indonesia awal 2021. Selain pusat data, Alibaba juga menyiapkan pusat scrubbing data dalam melindungi pelanggannya dari serangan siber.
Country Manager Alibaba Cloud Indonesia Leon Chen mengatakan, perusahaan berencana menambah pusat data di Indonesia, karena permintaan layanannya cukup tinggi.
"Banyak perusahaan mulai mengadopsi teknologi komputasi awan (cloud) untuk keperluan data di tengah pandemi. Banyak bisnis, termasuk bank yang memindahkan infrastruktur teknologi informasi mereka ke cloud ketika pandemi," kata Leon, dalam video conference, Kamis (2/7).
Ia menjelaskan, sejak pusat data pertama kali diluncurkan di Indonesia pada 2018 lalu, Alibaba berkomitmen untuk berinvestasi pengembangan teknologi cloud. Untuk komitmen ini, perusahaan mengalokasikan dana US$ 28 miliar untuk pengembangan infrastruktur cloud dan data intelligence.
Pusat data ketiganya di Indonesia akan membuat Alibaba memiliki 64 zona data center di 21 wilayah secara global. Leon mengatakan, tiga pusat data milik Alibaba itu akan memastikan kemudahah akses, dan memperkuat kemampuan pemulihan krisis yang diakibatkan pandemi virus corona atau Covid-19
"Dengan meningkatkan investasi dan infrastruktur, kami berharap dapat terus melayani pelanggan menghadapi krisis," ujarnya.
(Baca: Ikuti Jejak Jack Ma, CEO SoftBank Mundur dari Alibaba)
Pusat data baru, juga akan memperkaya berbagai produk dan layanan cloud dari Alibaba, mulai dari database, keamanan, jaringan ke machine learning dan data analysis. Hal ini, untuk memenuhi beragam permintaan dari pelanggan di berbagai sektor, seperti e-commerce, keuangan, pendidikan, dan gim.
Selain pusat data, Alibaba juga akan membangun pusat scrubbing data pada 2021 dan menjadi yang pertama di Indonesia. Pusat scrubbing data merupakan fasilitas untuk membersihkan data secara terpusat dan menjadi tempat lalu lintas, menganalisis, mendeteksi, apabila ada lalu lintas data yang berbahaya.
Pusat scrubbing data dibuat untuk melindungi pelanggan Alibaba dari serangan siber, terutama untuk bisnis yang bergerak di sektor keuangan dan gim. Sebab, perusahaan menganggap kedua sektor itu biasanya menjadi target serangan siber.
"Saat ini serangan siber seperti Denial of Service (DoS) telah tumbuh dalam intensitas dan teknologi yang tinggi, terutama di saat lebih banyak bisnis yang mengalihkan infrastruktur teknologi informasi mereka ke cloud," kata Leon.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Johnny G Plate mengatakan, pusat data ketiga Alibaba dapat menjadi bagian dari upaya percepatan transformasi digital di Indonesia.
"Kami berharap, pengelolaan data oleh pelaku industri dilakukan selaras dengan prinsip pengelolaan data pemerintah Indonesia, yakni lawfullnes, fairnes, dan manajemen data yang transparan," kata Johnny.
Sebelumnya, pada Rabu (24/6), Google mulai membangun pusat datanya di Indonesia. Raksasa teknologi asal Amerika Serikat (AS) itu menilai, pasar Indonesia potensial dan dinamis.
Sejauh ini, ada beberapa perusahaan Indonesia yang sudah menggunakan layanan Google Cloud. Tokopedia misalnya, menggunakan Google Cloud untuk memperkirakan permintaan dan mengelola inventaris.
Kemudian, perusahaan asuransi jiwa Sequis Life juga menggunakan teknologi Anthos, untuk otomatisasi, mengelola, dan membuat skala beban kerja di lingkungan hybrid atau multi-cloud perusahaan, serta layanan mikro untuk membangun aplikasi sendiri.
"Apa pun ukuran perusahaan atau startup di industri seperti jasa keuangan, perawatan kesehatan, manufaktur, logistik, atau retail, dan e-commerce, layanan kami hadir untuk mendukung transformasi digital,” kata CEO Google Sundar Pichai, dalam video conference.
(Baca: Bangun Pusat Data di RI, Google Buat 150 Ribu Laboratorium Pelatihan)