Gandeng IDI, Startup Halodoc Kembangkan Riset dan Inovasi Kesehatan

halodoc
(kiri-kanan) Corporate Secretary Halodoc - Sisca Tjahjadi, Chief of Medical Halodoc dr. Irwan Heriyanto, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Daeng M Faqih, S.H, M.H, Sekretaris Jenderal IDI, DR. Dr. Henry Salim Siregar, Sp. OG (K) menandatangani MoU kolaborasi antara Halodoc dan IDI dalam pengembangan proyek ilmiah, riset, dan inovasi di bidang pelayanan kesehatan di Jakarta, Sabtu (26/10).
Penulis: Desy Setyowati
28/10/2019, 13.40 WIB

Startup Halodoc bekerja sama dengan Bidang Riset dan Publikasi Ilmiah Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dalam riset dan inovasi di bidang kesehatan. Perusahaan rintisan yang menjadi bagian dari ekosistem Gojek ini optimistis, kolaborasi ini dapat meningkatkan layanan di platform-nya.

Chief of Medical Halodoc, Dokter Irwan Heriyanto MARS mengatakan, perusahaannya selalu memanfaatkan teknologi dan data dalam mengidentifikasi persoalan yang dihadapi masyarakat terkait akses layanan kesehatan. “Kami percaya, kolaborasi ini mampu mendukung terciptanya lebih banyak lagi solusi untuk masyarakat,” katanya dalam siaran pers, Senin (28/10).

Halodoc bermitra dengan lebih dari 1.400 rumah sakit sejak tiga tahun beroperasi. Setidaknya ada lebih dari 20 ribu dokter berlisensi dan 1.300 apotek yang sudah menjadi mitra.

Startup ini juga sudah menggaet lebih dari tujuh juta pengguna aktif bulanan (month active user/MAU) di sekitar 50 kota Indonesia. “Dengan jaringan mitra dan pengguna yang luas dari Sabang sampai Merauke, kami optimistis bisa berkontribusi nyata bagi kemajuan riset di sektor kesehatan,” kata Irwan.

(Baca: Grab Luncurkan GrabHealth Versi Beta, Terbatas untuk 10% Pengguna)

Halodoc memiliki aplikasi dengan empat fitur utama. Di antaranya Bicara dengan Dokter (chat with a doctor), Beli Obat (Buy Medicines), Kunjungi Rumah sakit (Visit a hospital), dan Layanan Lab. 

Berdasarkan data dari berbagai sumber, terdapat lima isu strategis yang menjadi prioritas dalam pembangunan kesehatan lima tahun ke depan dalam Rapat Kerja Kesehatan Nasional (Rakerkesnas) 2019. Di antaranya Angka Kematian Ibu (AKI) atau Angka Kematian Neonatal (AKN), stunting, tuberculosis (TBC), Penyakit Tidak Menular (PTM), dan cakupan imunisasi dasar lengkap. Irwan Menilai, kebijakan pemerintah perlu berbasis pada riset guna menciptakan program yang berkesinambungan.

Sekretaris Bidang Riset dan Publikasi Ilmiah IDI, Dokter Ahmad Hidayat menambahkan, riset di bidang kesehatan pada era digital bisa menjadi insight baru dan menciptakan dampak yang lebih besar bagi masyarakat. “Hal ini juga berdampak pada layanan akses kesehatan yang semakin cepat dan merata, yang ujung-ujungnya peningkatan kepuasan konsumen,” katanya.

(Baca: Halodoc Tanggapi Peluang Startup Kesehatan Jadi Unicorn)

Ia juga optimistis, hasil riset seperti ini dapat mengakselerasi pengembangan profesi agar institusi pendidikan dokter di Indonesia dapat mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Karena itu, menurutnya kolaborasi seperti ini dapat mendukung kemajuan dunia kesehatan Indonesia.

Sebelumnya, IDI juga bekerja sama dengan startup kesehatan, Alodokter untuk meluncurkan fitur Satuan Kredit Profesi (SKP) Online di platform Alomedika. Lewat fitur ini, para dokter bisa memperpanjang izin praktik tanpa harus mengikuti simposium yang kerap membutuhkan waktu dan biaya tak sedikit.

Aplikasi Alodokter telah digunakan 20 juta pengguna. Sedangkan aplikasi Alomedika menjadi wadah berkumpulnya para dokter dan sudah diunduh 20 ribu kali. IDI sendiri memiliki 161 ribu anggota di seluruh Indonesia. Jika seluruhnya bisa menggunakan Alomedika, potensi penambahan pengguna akan sangat besar.

(Baca: Gandeng IDI, Alodokter Sediakan Fitur Perpanjangan Izin Praktik Dokter)