Beberapa riset menunjukkan, minat masyarakat urban termasuk milenial terhadap co-living space atau indekos meningkat. Hal ini lantas mendorong startup asal India, OYO hingga lokal merambah layanan indekos.
OYO Hotels & Homes meluncurkan layanan sewa tempat tinggal jangka panjang yang disebut OYO Life pada hari ini (9/10). Country Head Emerging Businesses OYO Hotels & Homes Indonesia Eko Bramantyo mengatakan, peluncuran ini merupakan bagian dari investasi OYO di Indonesia, senilai US$ 300 juta.
“Di Indonesia, kami mendapat banyak permintaan dari asset partners untuk membawa solusi hospitality full stack kami ke pasar kos-kosan,” kata dia di Jakarta, Rabu (9/10).
Saat ini, OYO Life hadir di delapan kota dan menyediakan 2.500 kamar. Eko mengatakan, perusahaannya menargetkan OYO Life bisa hadir di 10 kota dan menyediakan 10 ribu kamar hingga akhir tahun ini.
Di Asia, pemanfaatan co-living space atau indekos menjadi bagian dari gaya hidup milenial. Studi menunjukkan, 70 juta orang di Asia memilih untuk tinggal di indekos. Sepertiga di antaranya merupakan responden di Indonesia.
(Baca: Foto: Balada Kaum Urban dalam Sekotak Kontrakan)
Berdasarkan data Property Affordability Sentiment Index H1 2019, salah satu alasan utama masyarakat Indonesia tak buru-buru membeli rumah adalah harganya yang mahal. Karena itu, sebagian memilih tinggal di indekos sampai mampu membeli hunian permanen.
Survei Indonesian Property Watch 2018 juga menemukan, hampir separuh dari milenial di Jakarta memilih tinggal di indekos. “Kami percaya, kini adalah saat yang tepat untuk mengembangkan bisnis ke segmen akomodasi jangka panjang, guna melayani kebutuhan penyewaan tempat tinggal berkualitas bagi profesional muda dan pelajar,” kata Eko.
Senior Associate Director Colliers International Ferry Salanto sepakat bahwa bisnis indekos sangat potensial. Sebab, belum banyak perusahaan yang menyediakan hunian di lokasi strategis dengan harga terjangkau.
Kebanyakan pemain menyediakan apartemen atau hunian sewa di tengah kota untuk konsumen menengah ke atas. Karena itu, penduduk berpenghasilan menengah ke bawah memilih indekos.
Hanya, menurutnya fasilitas indekos yang tersedia saat ini belum memenuhi harapan para pekerja. “Kebutuhan orang untuk sewa hunian yang terjangkau dan lokasi strategis masih sangat besar, sementara pasokannya belum banyak. Saya lihat potensi ini cukup baik bagi pengembang dan pengelola yang ingin bermain dibisnis ini,” kata dia.
(Baca: Ekspansi Jaringan Hotel di Bali, OYO Suntik Investasi Rp 419 Miliar)
Startup lokal yang masuk ke bisnis indekos adalah PT Hoppor International (Kamar Keluarga). CEO Kamar Keluarga Charles Kwok mengatakan, perusahaannya sudah melihat potensi ini sejak beberapa tahun lalu. Ia melihat bahwa masyarakat yang menginginkan hunian dengan konsep co-living sangat besar.
Saat ini, Kamar Keluarga menyediakan 2.041 kamar di 75 lokasi di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek), serta Bandung. “Kami memanfaatkan teknologi berbasis web dan aplikasi untuk memberikan fasilitas dan pelayanan, sehingga seluruh kebutuhan end to end pelanggan dapat terpenuhi hanya dengan telepon genggam,” kata dia dalam siaran pers.
Charles menjelaskan, Kamar Keluarga mengembangkan lima pilar bisnis. Pertama, pilar build operate transfer (BOT), yakni membantu pemilik tanah membangun properti dan nantinya menggunakan sistem bagi hasil.
Kedua, Kamar Keluarga Aset, dengan cara membantu investor pemula mencari, membangun dan mengelola properti hingga menghasilkan Return of Investment (RoI) memuaskan. Ketiga, Kamar Keluarga hanya menjadi operator.
Keempat, Kamar Keluarga Development, yakni membangun rumah minimalis agar harganya terjangkau. Terakhir, Kamar Keluarga Vertikal, dengan memanfaatkan ruang yang ada untuk dijadikan bisnis baru, seperti binatu, warung, atau tempat makan.
“Lengkapnya konsep yang kami tawarkan itu membuat investor dapat memilih sesuai kebutuhannya. Dan itu yang membuat kami berkembang dengan cepat karena investor diuntungkan,” kata Charles.
Selain OYO dan Kamar Keluarga, ada beberapa startup yang merambah layanan indekos seperti Mamikos, KosKost, dan Cari-Kos. Mamikos mengklaim, okupansi indekos meningkat dari 40% menjadi 100% setelah bergabung dengan platform-nya. Per Juli 2019, Mamikos telah memiliki lebih dari 2 juta kamar kost di seluruh Indonesia.
Sedangkan KosKost berfokus menyasar mahasiswa. Lalu, Cari-Kos menyediakan fitur cari kos, simpan informasi dan detail kos, hingga pesan. Per awal tahun lalu, Cari-Kos memiliki lebih dari 1.300 daftar hunian di Jakarta, Bandung, Malang, danDenpasar.
(Baca: Aplikasi OYO Gaet 1 Juta Pengguna Indonesia dalam 8 Bulan)