Aplikasi investasi saham Stockbit mendapatkan pendanaan Seri A. East Ventures memimpin pendanaan tersebut, yang diikuti investor lain seperti Convergence Ventures, FreakOut, dan investor terdahulunya. Pendanaan ini untuk mendukung visi perusahaan dalam membantu masyarakat berinvestasi di pasar modal.
“Investor terdahulu seperti 500 Startups, Ideosource dan Braavos Ventures juga turut berpartisipasi dalam putaran ini,” demikian tertulis dalam siaran pers, Selasa (7/5). Namun, tidak ada penjelasan mengenai besaran pendanaan yang diterima.
East Ventures yang memimpin pendanaan ini dikenal sebagai pendana awal untuk perusahaan rintisan (startup) di kawasan Asia. Perusahaan disebut-sebut telah mendanai ratusan startup di Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, dan Jepang.
(Baca: East Ventures Suntik Modal Platform Robot Perdagangan Aset Keuangan)
Beberapa perusahaan yang mendapatkan pendanaan awal dari East Ventures seperti Tokopedia, Traveloka, Mercari, Disdus (diakuisisi Groupon), Kudo (diakuisisi Grab), Tech in Asia, dan MokaPOS.
Adapun Stockbit yang didirikan pada 2013 merupakan aplikasi yang mengintegrasikan ekosistem perdagangan saham, agregator informasi, dan jejaring sosial. Beberapa waktu lalu, Stockbit meluncurkan aplikasi bernama Bibit.
Bibit merupakan robo-advisor yang dapat membantu konsumennya membangun portofolio yang terpersonalisasi sehingga mereka dapat berinvestasi secara optimal. Aplikasi tersebut memungkinkan investor untuk berinvestasi mulai dari Rp 10 ribu dan telah didukung oleh pembayaran digital seperti GoPay.
CEO Stockbit Wellson Lo mengatakan, para trader pemula di Indonesia masih terintimidasi untuk melakukan investasi di pasar modal, meskipun potensi imbal hasilnya tinggi. Penyebabnya, minimnya pengetahuan, akses untuk penasihat investasi yang berkualitas, dan tingginya biaya dari layanan penasihat profesional.
Selain itu, para trader pemula seringkali kesulitan untuk menavigasi di pasar saham yang sifatnya sangat cepat berubah. “Dengan Stockbit, kami bertujuan untuk membuat investasi menjadi mudah dan optimal bagi semua orang,” kata Wellson, seperti dikutip dari siaran pers.
(Baca: Tanggapi Isu Diakuisisi OVO, Bareksa Sebut Tengah Menggalang Pendanaan)
CTO Stockbit Johny Susanto mengatakan, industri investasi di pasar modal masih kurang transparan dan nyaman bagi para trader dalam melakukan investasi yang nyaman dengan cerdas. “Melalui teknologi perusahaan kami, kami menyediakan produk dan layanan investasi berkualitas tinggi untuk semua orang, tidak peduli di mana pun mereka berada atau jumlah kekayaan mereka,” ujarnya.
Partner dari East Ventures Melisa Irene mengatakan, Stockbit telah berhasil menetapkan posisinya sebagai pemain penting dalam industri pasar modal dengan menciptakan platform yang mengkonsolidasikan informasi penting dan diperlukan para trader dalam mengambil keputusan investasi.
Menurutnya, kehadiran Stockbit telah membantu mengurangi asimetri informasi antara pasar, pedagang profesional, dan juga pendatang baru.“Kami yakin bahwa tim Stockbit mampu melaksanakan misinya untuk membantu Indonesia mencapai partisipasi individu yang lebih tinggi ke pasar modal, serta membantu mereka memaksimalkan keuntungan mereka,” ujar Melisa.
Bila mengacu pada data Bursa Efek Indonesia, jumlah investor ritel di Indonesia tumbuh 40% setiap tahunnya. Tercatat, penyumbang utama pertumbuhan investasi tersebut adalah kaum milenial, di mana 70% dari investor baru pada tahun 2018 berasal dari kelompok usia 21-40 tahun. Namun, masih kurang dari 1% orang Indonesia yang telah berpartisipasi di pasar saham.