Hotel-Kafe Sepi Order, Chilibeli & Kedai Sayur Incar Ibu Rumah Tangga

ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan
Ilustrasi, pedagang menata sayuran yang dijual di Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (27/1/2020).
14/5/2020, 16.32 WIB

Pandemi corona berdampak terhadap bisnis hotel, restoran dan kafe. Alhasil, startup penyedia layanan pesan-antar bahan pokok seperti Chilibeli dan Kedai Sayur mengincar konsumen ritel seperti ibu rumah tangga.

Chilibeli mencatat, permintaan produk dari konsumen Business to Business (BtoB) seperti hotel. Restoran, dan kafe menurun selama pandemi virus corona. Karena itu, startup bidang perniagaan sosial (social commerce) ini mengandalkan komunitas.

Konsumen end user atau individu, yang disebut sahabat Chilibeli, nantinya bisa mendapatkan kebutuhan barang dari mitra yang ada di satu komunitas. Saat ini, perusahaan menggaet 10 ribu mitra.

"Kami kembangkan komunitas di Surabaya, punya warehouse di Surabaya, sama seperti di Jakarta," kata Head of Marketing Communications Yumir Lubis saat video conference, Kamis (14/5). 

(Baca: Startup Lokal Chilibeli Dapat Pendanaan Rp 157 Miliar dari Investor AS)

Selain itu, Chilibeli menyesuaikan proses pengiriman di aplikasinya dengan membuat fitur baru. Kini, konsumen dapat memesan langsung tanpa melalui mitra. Pengiriman pun bisa dilakukan tanpa perantara. 

Hanya, proses pengiriman terhambat penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). “Untuk itu, kami memperkuat jaringan mitra dan sahabat," ujar Yumir.

Perusahaan mencatat, permintaan bahan pokok dari konsumen tinggi selama pandemi Covid-19. Produk yang diminati yakni bumbu dapur dan rempah- rempah, seperti bawang merah, cabai rawit, jahe, dan temulawak.

Untuk buah-buahan, banyak mitra dan konsumen Chilibeli yang membeli alpukat, lemon, dan durian. Ayam dan telur pun banyak dicari oleh para konsumen.

(Baca: Kedai Sayur Raih Pendanaan Rp 57 Miliar yang Dipimpin East Ventures)

Sejak berdiri pada Juli 2019, bisnis Chilibeli rata-rata tumbuh 150% setiap bulan. Tahun ini, Chilibeli bakan memperoleh pendanaan seri A US$ 10 juta atau sekitar Rp 157 miliar dari investor asal Amerika Serikat (AS) Lightspeed. 

Kondisi serupa dialami oleh KedaiSayur. CEO Kedai Sayur Adrian Hernanto mengatakan, awalnya perusahaan optimistis penjualan ke hotel, restoran, dan kafe tumbuh 20% lebih per bulan.

Namun, permintaan produk dari hotel, restoran, dan kafe merosot hampir 50% sejak pandemi corona. Sedangkan, permintaan dari tukang sayur dan pelanggan rumah tangga justru meningkat signifikan.

Karena itu, Kedai Sayur memutuskan untuk mempercepat peluncuran layanan business-to-consumer. Dengan begitu, pelanggan bisa memenuhi kebutuhan pangan harian lewat aplikasi KedaiSayur dan toko resmi di Tokopedia dan Blibli. 

Selain  itu, Kedai Sayur meluncurkan inisiatif untuk membantu petani mendistribusikan hasil panen ke pelanggan. Inisiatif ini dijalankan lewat kerja sama langsung dengan petani di bawah Kementerian Pertanian.

Petani dapat menjual hasil panen dibantu oleh pemerintah dengan menggunakan platform digital oleh Kedai Sayur.  “Kini dengan keahlian supply chain dan teknologi digital platform, Kedai Sayur berkontribusi ke dua sisi pola distribusi yang kena dampak virus corona,” kata Adrian.

 (Baca: Saingi Gojek-Grab, Pesan Makanan Bisa Lewat Google, Instagram, Shopee)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan