Survei KIC: 50% Startup Digital Mampu Bertahan di Tengah Krisis

ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/pras.
Ilustrasi, layanan startup digital. Survei Katadata Insight Center (KIC) menunjukkan, lebih dari 50% startup digital optimistis mampu bertahan lebih dari satu tahun ke depan.
Penulis: Agung Jatmiko
9/7/2020, 21.44 WIB

Survei Katadata Insight Center (KIC) menunjukkan, hampir 50% perusahaan rintisan atau startup digital optimistis mampu bertahan lebih dari satu tahun ke depan meski ekonomi Indonesia mengalami krisis akibat pandemi virus corona atau Covid-19.

Dalam seminar virtual atau webinar bertajuk 'Pandemi Covid: Dampak Terhadap Pelaku Ekonomi Digital', Direktur Riset KIC, Mulya Amri mengungkapkan, hanya 21% startup digital menyatakan mampu bertahan hingga kuartal I 2021. Sementara, 20% menyatakan mampu bertahan dallam tempo 3-6 bulan ke depan.

"Hanya 10% startup digital yang menyatakan mampu bertahan hingga akhir Juni 2020," ujar Mulya.

Pada acara yang diselenggarakan oleh Katadata dan Ditjen Aplikasi Informatika Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) tersebut, Mulya mengungkapkan ada beberapa cara yang dilakukan startup digital untuk bertahan di tengah pandemi corona.

Sebagian besar, yakni sebanyak 52%, mengambil langkah pengurangan biaya operasional. Dari sisi ini, sebanyak 35% mengurangi biaya dalam bentuk pemotongan gaji karyawan, dan 24,5% memangkas jumlah karyawan. Kemudian, sebanyak 41% startup digital mengambil opsi pengurangan biaya produksi, dan 32% mengurangi biaya produksi.

Sementara, hasil survei KIC yang dilakukan terhadap 139 eksekutif startup digital pada periode Mei-Juni 2020 menunjukkan, startup cenderung tidak melakukan perubahan strategi pada masa pandemi corona.

(Baca: Kominfo Sarankan Startup Pakai Strategi Pivot Saat Pandemi Corona)

“Tapi dari perubahan yang dilakukan, kebanyakan terkait jumlah dan jenis produk atau layanan. Hal tersebut didorong oleh perubahan preferensi konsumen yang cenderung mencari barang kebutuhan pokok, dan yang terkait kesehatan,” ujarnya.

Hasil survei ini juga menyingkap kondisi startup digital sebelum dan sesudah pandemi corona. Sebelum Covid-19 melanda Indonesia, sebanyak 74,8% startup berada dalam kondisi baik atau sangat baik. Namun, sesudah pandemi tinggal 33% saja yang menyatakan kondisi baik dan sangat baik.

Sementara, sebanyak 24,5% startup digital menyatakan kondisi perusahaan biasa saja, dan 42,5% startup mengungkapkan kondisi buruk atau sangat buruk.

Survei KIC juga menunjukkan, sektor pariwisata, sektor ekosistem pendukung digitalisasi dan maritim paling terpukul pandemi corona. Sedangkan, sistem pembayaran, logistik, pertanian, kesehatan, teknologi informasi dan pendidikan, meski terkena dampak, namun kondisi perusahaan masih cukup baik.

Analisis KIC juga mengungkapkan, perusahaan yang berada pada tahapan awal atau seed & cockroach, cenderung paling terpukul pandemi corona.

“Pelaku ekonomi digital yang sudah memiliki valuasi lebih besar atau pada tahapan Pony, Centaur, dan Unicorn cenderung masih bisa menahan tekanan akibat pandemi,” ujar Mulya.

(Baca: Survei KIC: Mayoritas UMKM Terpukul Corona, Ada Dua Strategi Bertahan)

Tekanan yang dialami selama pandemi Covid-19 tergambar dalam penurunan terhadap jumlah pengunjung atau pengunduh aplikasi, jumlah transaksi per bulan, nilai transaksi per bulan, dan jenis produk atau layanan yang ditawarkan.

Jumlah startup dengan nilai transaksi di atas Rp 1-100 milyar per bulan, banyak yang mengalami penurunan omzet menjadi di bawah Rp 1 miliar, yakni dari 30,2% menjadi 14,7%. Namun, jumlah startup dengan transaksi di atas Rp 100 miliar yang semula sebanyak 10,9% startup mengalami kenaikan 2,3% menjadi 13,2%.

Selain pergeseran jumlah transaksi, terjadi juga perubahan preferensi konsumen yang diikuti startup dengan dengan perubahan jenis dan fokus layanan. Contohnya, perubahan permintaan kursus dari offline menjadi online pada sektor pendidikan.

Kemudian, adanya perubahan layanan pada sektor pariwisata dari semula menjual tiket berganti menjadi jasa pelayanan pembayaran tagihan online dan pulsa.

Dirjen Aptika Kominfo, Semuel Abrijani Pangerapan menambahkan, riset atas kondisi startup digital semasa pandemi corona ini dilakukan untuk memastikan Kominfo mendapat gambaran yang lebih akurat atas situasi ekonomi digital.

“Kami ingin program dan kerja kita tepat sasaran, kami ingin ekonomi digital ini terus tumbuh dan berkembang dan belajar dari apa yang menjadi potensi dan tantangan dari kondisi pandemi Covid-19,” kata Semuel.

(Baca: KIC: Perbaikan Data Diperlukan agar Kartu Prakerja Tepat Sasaran)