Perusahaan layanan on demand, Gojek mencatat telah menggandeng lebih dari 120 ribu usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) baru dalam empat bulan terakhir atau selama pandemi corona. Untuk mendorong lebih banyak UMKM go-digital, perusahaan pun meluncurkan platform khusus UMKM agar bisnis mereka bisa 'naik kelas'.
Co-CEO Gojek Andre Soelistyo mengatakan, melalui inisiasi #MelajuBersamaGojek perusahaan ingin mendorong para UMKM untuk lebih mudah menerapkan digitalisasi pada operasional bisnisnya sehari-hari. Misalnya, mulai dari kegiatan pemasaran, pemesanan (pemrosesan order), pembayaran, pengiriman, hingga administrasi.
Melalui situs www.melajubersamagojek.com pelaku UMKM Tanah Air bakal dibantu menggeliatkan bisnisnya. Pelaku UMKM juga bakal dipandu oleh rangkaian angket guna mengetahui solusi ekosistem digital dalam penerapan operasional bisnis mereka sehari-hari.
"Kami menghadirkan beragam solusi yang dapat digunakan oleh semua tipe UMKM, dari yang berskala mikro hingga besar," ujar Andre dalam video conference, Senin (10/8).
Contohnya, perusahaan penyedia solusi dari startup sistem kasir, Moka yang dapat diperkenalkan untuk membantu pencatatan, invoicing, hingga melihat tren analisa penjualan UMKM sehari-hari.
Selanjutnya aplikasi keyboard dan dashboard Selly, yakni untuk membantu penjual dalam menangani transaksi jual-beli dalam aplikasi pesan dan media sosial.
Kemudian, sistem pembayaran untuk usaha online melalui MidTrans Payment Link. Lalu, aplikasi GoBiz yakni untuk manajemen usaha UMKM dalam melakukan pesan-antar, pengaturan promosi, hingga pembayaran.
Ada pula berbagai solusi layanan pengiriman cepat dan logistik GoSend dan GoBox, layanan e-wallet GoPay, layanan pesan-antar makanan GoFood, hingga layanan belanja online GoShop.
Perusahaan juga menggaet mitra pembayaran lain seperti LinkAja dan layanan Quick Response [QR] Code Indonesian Standard (QRIS), serta penyedia logistik Pos Indonesia, Paxel, dan JNE untuk membantu para UMKM.
Menurut Andre, butuh waktu lima tahun bagi perusahaan untuk bekerjasama dengan 500 ribu mitra UMKM yang berjualan di platformnya hingga saat ini. "Namun, dalam waktu empat bulan ini kami bisa mendapat 120 ribu lebih (UMKM) itu karena banyak solusi dan inovasi yang terus kami kembangkan," ujar dia.
Menurut Andre, para UMKM konvensional perlu bertransformasi ke platform digital agar mereka bisa beradaptasi sesuai perubahan perilaku konsumen. Pasalnya, saat ini banyak konsumen menggunakan platform digital untuk memenuhi kebutuhannya.
Sebelumnya, riset Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (LD FEB UI) mencatat, 94% dari UMKM yang beralih go digital dan bergabung ke dalam ekosistem Gojek di tengah pandemi adalah usaha mikro. Sedangkan hampir separuh (43%) dari UMKM yang bergabung adalah pengusaha pemula.
Riset LD FEB UI juga menunjukkan, kontribusi mitra Gojek di semua layanan terhadap perekonomian Indonesia mencapai Rp 104,6 triliun pada tahun lalu. Nilainya setara 1% Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
Riset tersebut dilakukan secara online terhadap 53.989 responden, yang dipilih dengan pencuplikan acak sederhana (simple random sampling). Mereka merupakan mitra yang aktif selama tiga bulan terakhir. Sampel mewakili populasi mitra GoCar, GoRide, GoFood dan GoPay, dan GoSend.
Andre mengatakan, selain solusi teknologi perusahaan juga memberikan dukungan kepada UMKM melalui beberapa program pelatihan dan peningkatan kapasitas seperti Gojek Wirausaha, Go-Nusantara, Komunitas Laris Manis GoSend, dan Komunitas Partner GoFood (KompaG).
Perusahaan juga berkolaborasi dengan berbagai program dan instansi pemerintah, di antaranya yakni dalam mengkampanyekan gerakan nasional Bangga Buatan Indonesia (BBI), memperluas akses pelaku pasar tradisional melalui inisiatif Pasar Mitra Tani, serta menjalin kerja sama dengan Himpunan Bank Milik Negara (HIMBARA) untuk penyaluran pinjaman bunga ringan untuk UMKM.