Mengoptimalkan Digital Health di Indonesia

123rf.com
Penulis: Dini Hariyanti - Tim Publikasi Katadata
15/9/2020, 12.41 WIB

“Kalau tenaga medis tidak melek teknologi meskipun telemedis didorong pemanfaatannya maka tetap tidak bisa berjalan secara optimal. Dan jangan lupa tantangan utama kita, bagaimana agar semua aplikasi digital kesehatan menjamin kerahasiaan data pasien,” ujar Daeng.

Apabila aspek-aspek tersebut dipenuhi maka manfaat digital health seperti telemedis dapat dirasakan lebih optimal oleh masyarakat. Beberapa manfaat yang dimaksud, seperti pemerataan layanan, peningkatan kualitas layanan kesehatan terutama di daerah terpencil, penghematan biaya kesehatan, efisiensi waktu, serta mempercepat akses ke pusat rujukan.

Staf Khusus Menteri Kesehatan Alexander Ginting mengakui, pada masa pandemi seperti sekarang, aplikasi telemedis tampil sebagai terobosan. Satu hal yang patut untuk diperhatikan bahwa seluruh hasil telemedis yang tercatat ke dalam basis data digital sebagai rekam medik wajib dijaga kerahasiaannya.  “Pelayanan kesehatan memanfaatkan teknologi diharapkan mampu mengurangi penyebaran Covid-19, terutama pada era adaptasi kebiasaan baru,” tutur Alexander.

IDI mencatat, dokter yang terlibat di dalam lima aplikasi telemedis terbesar di Indonesia rupanya tidak hanya dokter umum tetapi juga dokter spesialis. Perinciannya a.l. Alodokter (21.500 dokter umum, 4.500 dokter spesialis), Halodok (12.000 dokter umum, 8.000 dokter spesialis), Klik Dokter (9.000 dokter umum, 2.000 dokter spesialis), Aido Health (100 dokter umum, 1.000 dokter spesialis), sedangkan Good Doctor (150 dokter umum, 250 dokter spesialis).

Selain lima aplikasi telemedis yang disebutkan IDI, Kementerian Kesehatan juga menghadirkan aplikasi SehatPedia, Sisrute, dan Temenin (Telemedicine Indonesia). Aplikasi mobile ini bertujuan memacu penyempurnaan ekosistem digital bidang kesehatan.

Halaman: