Riset: Perusahaan Teknologi & ‘Cek Kosong’ Mendominasi IPO Kuartal I
Ernst & Young (EY) mencatat, volume pencatatan saham perdana alias IPO global meningkat 85% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi 430. Dari sisi nilai meningkat 271% yoy menjadi US$ 105,6 miliar. Sektor yang paling banyak IPO yakni teknologi.
Sebanyak 11 perusahaan teknologi mencatatkan saham perdana pada kuartal I. Nilainya US$ 46,1 miliar. Selanjutnya sektor kesehatan, dengan 78 IPO senilai US$ 14 miliar.
Industrial berada di urutan ketiga dengan 57 kesepakatan, yang menghasilkan dana US$ 6,3 miliar.
Selain itu, IPO perusahaan akuisisi dengan tujuan khusus (SPAC) atau dikenal dengan cek kosong, memecahkan rekor pada kuartal pertama. Jumlah kesepakatan dan nilai selama tiga bulan pertama tahun ini melebihi keseluruhan 2020.
“Dengan pasar yang dibanjiri likuiditas, nilai dana dan jumlah kesepakatan IPO global mencatat kinerja terbaik dalam 20 tahun,” kata EY Global IPO Leader Paul Go dalam siaran pers, Selasa (4/5).
Padahal EY mencatat, biasanya, jumlah dan nilai IPO melambat pada kuartal I. EY menilai, lonjakan pada awal tahun ini dapat dikaitkan dengan likuiditas yang cukup dan peluang baru yang didorong oleh pandemi Covid-19.
Pada saat yang sama, transaksi spekulatif dan oportunisme seiring populernya platform investasi ritel di kalangan masyarakat umum, termasuk generasi muda. Ini dinilai menjadikan investasi lebih mudah diakses.
Amerika Serikat (AS) melanjutkan resiliensi hingga kuartal pertama, dengan 121 kesepakatan senili US$ 45,2 miliar. Ini yang tertinggi dalam lebih dari 20 tahun terakhir.
Lalu, di Asia-Pasifik terdapat 200 IPO senilai US$ 34,3 miliar. Ini juga yang terbesar dalam 20 tahun terakhir. Sedangkan Eropa, Timur Tengah, dan Afrika mencatatkan 109 IPO dengan dana terkumpul US$ 26,1 miliar.
Asia-Pasifik menyumbang hampir setengah (47%) dari aktivitas IPO global pada kuartal pertama. Sektor yang paling banyak IPO yakni teknologi, dengan 51 kesepakatan senilai US$ 17,7 miliar.
Pertumbuhan ekonomi Tiongkok yang positif tecermin dari IPO yang naik 51% menjadi 133. Dari sisi nilai, meningkat 121% menjadi US$ 28,9 miliar.
Namun di ASEAN, volume IPO turun dari 32 pada kuartal I 2020 menjadi 23 saat ini. Nilainya juga berkurang dari US$ 3 miliar menjadi US$ 2,4 miliar.
Rinciannya, bursa Thailand mengumpulkan US$ 1,6 miliar dengan lima IPO. Indonesia memimpin dengan 11 IPO, lalu Malaysia empat, sementara Filipina dan Singapura masing-masing satu.
“Kuartal pertama, periode yang biasanya kurang bergairah untuk IPO di ASEAN,” kata kata EY Asean IPO Leader Max Loh. Namun, “optimisme yang penuh kehati-hatian muncul dari ketidakpastian saat pandemi, memengaruhi volatilitas di pasar IPO Asia-Pasifik.”
EY Indonesia M&A Practice Leader Sahala Situmorang menyampaikan, terlepas dari ketidakpastian yang membayangi karena pandemi, pasar sibuk dengan IPO
mendatang dari beberapa perusahaan swasta dan pemerintah. “Bukan hanya karena dana hasil IPO yang diperkirakan besar, tapi juga ditunggu-tunggu. Ini terkait dengan beberapa nama besar perusahaan,” kata dia.
Sebagaimana diketahui, beberapa startup jumbo Indonesia berencana IPO di bursa Indonesia dan AS. Gojek dikabarkan akan segera merger dengan Tokopedia, lalu bakal IPO. Begitu juga dengan Traveloka.