Indonesia saat ini memiliki delapan unicorn dan satu decacorn. Ada perusahaan rintisan di bidang kuliner yang disebut berpeluang segera menjadi unicorn, yakni Kopi Kenangan.
Unicorn merupakan sebutan bagi startup dengan valuasi di atas US$ 1 miliar. Sedangkan decacorn lebih dari US$ 10 miliar.
Ada delapan unicorn di Indonesia, yaitu Tokopedia, Bukalapak, Traveloka, OVO, J&T Express, OnlinePajak, Ajaib, dan Xendit. Selain itu, ada satu decacorn atau valuasi di atas US$ 10 miliar yaitu Gojek.
Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan mengatakan, sektor kuliner berpeluang menambah jumlah unicorn di Indonesia. Alasannya, perputaran transaksi sektor ini besar.
Melalui transaksi itu, para startup kuliner dapat meningkatkan engagement dari fungsi aplikasi loyalitas. Dengan begitu, perusahaan rintisan di sektor ini lebih terjaga dan terukur secara jangka panjang dibandingkan pemain lain.
"Potensi pasar di Indonesia juga masih sangat terbuka baik di kota tier satu dan tier dua," kata Edward kepada katadata.co.id, Senin (22/11).
Startup kuliner juga mampu mengumpulkan data konsumen. "Ini yang bisa digunakan dalam menentukan strategi dan arah ekspansi berikutnya. Bahkan, bisa memberikan peluang atau ceruk pasar baru," kata Edward.
Direktur Investasi BRI Ventures William Gozali juga berpendapat, pemain di sektor kuliner kini dibekali wawasan atau insight terkait kuliner apa yang diminati oleh warga di wilayah tertentu. "Ini permainan big data,” ujarnya dalam acara media gathering virtual Asosiasi Modal Ventura untuk Startup lndonesia (Amvesindo) bertajuk ‘Mengupas Dinamika dan Tren Pendanaan Startup 2020-2021’, akhir tahun lalu (2/11/2020).
Perusahaan penyedia layanan on-demand seperti Gojek dan Grab memang menyediakan big data dan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) untuk menghasilkan insights seputar minat kuliner di suatu wilayah. Data agregat ini kemudian disampaikan kepada mitra penjual (merchant) untuk menjadi acuan dalam berjualan
Sedangkan VP of Investment & Business Development BRI Ventures Markus Liman Rahardja mengatakan, startup kuliner terdorong oleh layanan pesan-antar makanan yang meningkat selama penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) saat pandemi Covid-19.
Sektor kuliner memperoleh efek domino dari perkembangan bisnsi berbagi tumpangan (ride hailing) seperti Gojek dan Grab. “Selanjutnya konten yang dikirim itu yang potensial, yakni makanan dan minuman,” kata Markus, akhir tahun lalu (11/12/2020).
Alhasil, sejumlah startup sektor kuliner pun mendapatkan pendanaan. Rincian perusahaan rintisan di sektor kuliner yang meraih investasi tahun lalu yakni:
- Kopi Kenangan US$ 109 juta
- Hangry US$ 3 juta
- YummyCorp US$ 12 juta
- Mangkokku US$ 2 juta
- Haus! US$ 2 juta
- Greenly yang tidak disebutkan nilainya
Sedangkan tahun ini yaitu:
- Legit Group US$ 3 juta
- Jiwa Group (Janji Jiwa) yang tidak disebutkan nilainya
- Yummy Corp pendanaan seri B
- DailyBox pendanaan seri A
Meski begitu, CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro melihat persaingan di sektor ini cukup ketat. “Kuncinya yakni memberikan nilai tambah dan menjadikan konsumen loyal. Tidak bisa hanya mengandalkan harga,” kata dia kepada Katadata.co.id.
Sebelumnya, salah satu startup kuliner Indonesia Kopi Kenangan dikabarkan mendekati status unicorn. Kopi Kenangan disebut-sebut tengah berdiskusi dengan beberapa investor untuk putaran pendanaan seri C.
Berdasarkan laporan DealStreatAsia, salah satu investor yang dikabarkan dalam pembicaraan dengan Kopi Kenangan yakni Falcon Edge. Investor asal Amerika Serikat (AS) itu menyuntik modal startup asal Indonesia, GudangAda US$ 100 juta pada Juli.
Kopi Kenangan dikabarkan menargetkan US$ 100 juta atau Rp 1,4 triliun dalam pendanaan seri C tersebut. "Jika berhasil mengamankan pendanaan itu, maka valuasi Kopi Kenangan akan mencapai status unicorn," demikian isi laporan DealStreetAsia dikutip dari D-Insights, akhir tahun lalu (22/11).