Startup Kuliner dan Fintech Punya Dua Cara Bertahan saat Pandemi

Fahmi Ahmad Burhan
22 Maret 2021, 18:10
Startup Kuliner - Fintech Terapkan 2 Cara agar Bertahan saat Pandemi
ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.
Pengemudi ojek daring mengambil pesanan kopi pelanggan di Kopi Tuku, Tebet, Jakarta, Minggu (5/7/2020).

Startup di banyak sektor terkena dampak pandemi corona, termasuk kuliner, teknologi finansial (fintech), dan kerajinan tangan. Beberapa di antaranya menerapkan dua strategi agar bisa bertahan, yakni inovasi dan kolaborasi.

Pendiri Kopi Tuku Andanu Prasetyo mengatakan, permintaan produk melorot saat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) diterapkan. Ini karena aktivitas konsumen dibatasi.

"Kami berinovasi menjual kopi curah di botol melalui e-commerce dan platform online lain. Saat pandemi, omnichannel jadi kunci," kata Andanu dalam webinar Data and Economic Conference IDE 2021 yang diadakan oleh DBS Asian Insight dan Katadata Indonesia, Senin (22/3).

Berdasarkan pantauan Katadata.co.id, Kopi Tuku menjual kopi susu tetangga satu liter di Tokopedia dengan nama Toko Kopi Tuku. Perusahaan menyediakan opsi pengiriman di hari yang sama (same day delivery).

Mereka juga menjajakan produk lewat fitur GoShop di aplikasi Gojek.

Perusahaan juga menggencarkan pemasaran yang dipersonalisasi. "Itu cara kami memancing konsumen di sosial media. Unggah beberapa tempat nongkrong, memancing orang agar ingat Kopi Tuku," ujarnya.

Kopi Tuku berdiri pada 2015. Startup kuliner ini semakin dikenal luas ketika Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan keluarga mendatangi kedai di Cipete, Jakarta Selatan, pada 2017.

Startup lingkungan Sampangan.id juga berfokus pada inovasi selama pandemi Covid-19. Perusahaan mengamati persoalan limbah alat kesehatan saat pagebluk virus corona.

Lalu, menjalankan proyek percontohan alias pilot project daur ulang limbah alat kesehatan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Serang, Banten. Limbah ini kemudian diubah menjadi bio pestisida.

"Kami menggunakan teknologi seperti karbon aktif agar bisa didaur ulang," CEO Sampangan.id Muhammad Fauzal Rizki.

Startup lingkungan lainnya, Mycotech mengandalkan teknologi daur ulang. Perusahaan menjadikan jamur dan limbah pertanian sebagai material bagi bangunan. Permintaan datang dari sektor Business to Business (B2B). 

Namun Co-founder sekaligus CEO Mycotech Adi Reza Nugroho mengatakan, permintaan menurun saat pandemi. "Pada kuartal II permintaan turun drastis. Kami sadar, harus berinovasi agar bertahan di masa yang tak menentu," ujarnya.

Perusahaan kemudian berinovasi membuat produk bahan material bagi brand busana lokal seperti jam tangan dan sepatu kets atau sneaker. “Ini bisa untuk praktik berkelanjutan," ujarnya.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan

The pandemic has led Indonesia to revisit its roadmap to the future. This year, we invite our distinguished panel and audience to examine this simple yet impactful statement:

Reimagining Indonesia’s Future

Join us in envisioning a bright future for Indonesia, in a post-pandemic world and beyond at Indonesia Data and Economic Conference 2021. Register Now Here!

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...