Cina Persulit Startup Lokal dapat Dana Asing hingga IPO di Luar Negeri

ANTARA FOTO/REUTERS/Thomas Peter
Presiden Cina Xi Jinping tiba pada upacara penyerahan medali untuk pejabat tinggi nasional dan asing pada kesempatan peringatan 70 tahun berdirinya Republik Rakyat Cina di Balai Agung Rakyat di Beijing, Cina, Minggu (29/9/2019).
9/12/2021, 10.25 WIB

Sejumlah raksasa teknologi Cina juga beberapa kali menghadapi denda dari otoritas Cina akibat tekanan itu. Yang terbaru, Alibaba, Tencent, dan JD.com menghadapi denda 500 ribu yuan atau Rp 1,1 miliar dari Badan Regulasi Pasar Cina (SAMR) pada November. Ketiganya dianggap melanggar aturan anti-monopoli.

Menurut SAMR, sejumlah raksasa teknologi itu menandatangani kesepakatan bisnis seperti merger dan akuisisi sejak 2012. Setidaknya, ada 34 kesepakatan yang dilakukan oleh Alibaba, Baidu, Tencent, JD.Com hingga Suning.

Kesepakatan itu mencakup akuisisi Alibaba atas perusahaan pemetaan navigasi AutoNavi Software Holdings Co. Selain itu, Tencent mengakuisisi platform kesehatan China Medical Online Co.

Namun mereka tidak melaporkan kesepakatan tersebut kepada otoritas. SAMR menganggap bahwa perusahaan teknologi tersebut melanggar undang-undang anti-monopoli.

Sebelumnya, Alibaba dan anak usaha Tencent, China Literature, dan Shenzhen Hive Box Technology misalnya menerima denda sebesar 1,5 juta yuan atau setara Rp 3,36 miliar pada akhir tahun lalu karena tidak melaporkan akuisisi.

Awal Maret lalu, Beijing kembali mendenda anak usaha Alibaba di bidang kebutuhan pokok atau groseri yakni Nice Tuan dan kepunyaan Tencent, Shixianghui. Perusahaan tersebut diketahui menerapkan skema pembelian berbasis komunitas yang dianggap bisa mengelabui konsumen agar membeli barang.

Di sisi lain, analis Jefferies Thomas Chong menilai, tekanan yang terus menerus berlangsung bagi perusahaan teknologi Cina membawa kekhawatiran investor. Hal ini menyebabkan penurunan harga saham Alibaba hingga Tencent.

CEO Kantor CIO Global Gary Dugan juga menduga, serangan regulasi dari pemerintah ini menekan perusahaan teknologi seperti Alibaba dan Tencent dalam jangka waktu yang lama. Tidak hanya itu, akan ada penambahan lebih banyak sektor yang menjadi sasaran tekanan Beijing.

"Ini kan menjadi waktu yang lama bagi investor untuk khawatir tentang perubahan yang tertunda," kata CEO Kantor CIO Global Gary Dugan pada Agustus (13/8).

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan