Enam Startup Indonesia Sudah Untung, Bagaimana Potensi Bisnisnya?

Katadata
Diskusi Katadata Forum dengan tema "Transformasi Indonesia Menuju Raksasa Ekonomi Digital" di Jakarta, pada 2018.
13/6/2022, 15.14 WIB

Startup lain yang disebut sudah untung yakni Ruangguru. Pada Oktober 2021, Tech In Asia melaporkan bahwa 2021 merupakan tahun keuangan pertama yang menguntungkan bagi Ruangguru.

“Ruangguru mampu meraih profitabilitas meski menggandakan biaya tunjangan karyawan,” demikian dikutip dari Tech In Asia, pada Oktober tahun lalu (11/10/2021).

Startup pendidikan itu mencatatkan pendapatan lebih dari US$ 63 juta tahun lalu atau meningkat hampir empat kali lipat dibandingkan 2019. Pertumbuhan pendapatan ini sama dengan 2018 ke 2019.

Perusahaan rintisan sektor pendidikan juga diminati oleh konglomerat seperti Grup Lippo, Grup Djarum hingga Sinar Mas.

Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan Chamdani mengatakan, konglomerat menyasar startup pendidikan karena potensi pasar yang besar. Apalagi permintaan layanan meningkat selama pandemi Covid-19.

Selain itu, menurutnya konglomerat membidik startup pendidikan karena faktor dampak sosial dan masyarakat luas. Perusahaan rintisan di sektor ini dianggap mampu mendukung peningkatan SDM di Indonesia.

"Sektor edukasi biasanya dekat dengan pengembangan atau potensi SDM," kata Edward kepada Katadata.co.id, pada Februari (14/2).

Upaya itu sejalan dengan tuntutan agar konglomerat bisa memberikan dampak bagi institusi, masyarakat, dan negara.

 

Namun keuntungan Ruangguru juga diraih setelah mengurangi biaya iklan dan pemasaran 16% menjadi US$ 23,6 juta pada 2020. Pengurangan ini dilakukan setelah startup pendidikan itu meningkatkan biaya iklan tujuh kali lipat menjadi US$ 28 juta pada 2019.

Sedangkan biaya penjualan yang biasanya mengacu pada anggaran terkait tenaga penjual seperti komisi dan biaya perjalanan naik 11%. Dengan demikian, Ruangguru meningkatkan rasio pemasaran terhadap pendapatan dari hampir 200% pada 2019 menjadi hanya 46% tahun lalu.

Margin kotor Ruangguru 91% tahun lalu atau sedikit lebih rendah dari 2019 yang mencapai 94%. Dengan beragam upaya tersebut, Ruangguru mencatatkan untung US$ 1,8 juta tahun lalu dibandingkan 2019 yang mengalami kerugian operasional US$ 31,9 juta.

Startup lain yang meraup keuntungan yakni Xurya. Perusahaan ini mengembangkan energi terbarukan yang berasal dari matahari.

Perusahaan rintisan di sektor itu diminati karena pemerintah menargetkan nol emisi karbon pada 2060 atau lebih cepat. Salah satunya dengan mencapai puncak emisi pada 2030.

Pemerintah pun akan memberikan insentif yang besar kepada perusahaan yang turut serta dalam upaya mencapai nol emisi. "Ini karena kami melihat bagaimana investasi terhadap nol emisi itu sangat penting," kata Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Pahala Nugraha Mansury.

Kemudian, ada startup sektor bidang teknologi genomika Nusantics yang mencatatkan keuntungan. Perusahaan rintisan ini berfokus menyasar sektor kecantikan.

Berdasarkan riset Nielsen dan EuroMonitor bertajuk Beauty Market Survey, nilai pasar kecantikan di Indonesia mencapai Rp 36 triliun pada 2018. Sekitar 31,7% di antaranya berasal dari produk perawatan kulit.

Startup bioteknologi itu juga bekerja sama dengan Cinema XXI untuk meneliti kemungkinan adanya virus SARS COV-2 atau penyebab Covid-19 di studio.

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan