Marak PHK, Benarkah Masa Keemasan Startup Indonesia Berakhir?

ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/aww.
Warga mengamati aplikasi-aplikasi startup yang dapat diunduh melalui telepon pintar di Jakarta, Selasa (26/10/2021).
13/6/2022, 16.01 WIB

Sejumlah startup Indonesia melakukan pemutusan hubungan kerja alias PHK. Apakah kondisi ini menjadi sinyal berakhirnya masa keemasan perusahaan rintisan Indonesia?

Konglomerat Hary Tanoesoedibjo menilai, hari-hari keemasan startup mulai berakhir. "The golden days of startup are already over," kata dia melalui akun Instagram @hary.tanoesoedibjo, akhir bulan lalu (29/5).

Ia menyertakan infografik yang menggambarkan fenomena PHK massal oleh startup.

Hary menjelaskan soal indikator bisnis yang sehat bisa dilihat dari kas atau kondisi keuangan yang positif. "At the end of the day, healthy business must generate positive cashflow," kata dia.

Dengan kondisi tersebut, istilah bubble burst pun muncul kembali. Bubble burst pernah mengguncang industri internet pada 1990-an yang dikenal juga dengan istilah dotcom bubble.

Kehancuran dot-com atau gelembung dot-com terjadi pada periode 1998 hingga awal 2000-an. Saat itu, banyak perusahaan yang mencantumkan nama dot-com.

Mereka melantai di bursa efek dan mencatatkan harga saham yang meroket.

Perusahaan dot-com saat itu banyak menjalankan model perusahaan rintisan yang bereksperimen dengan cara-cara baru dalam berbisnis. Namun, mereka tidak punya arah bisnis yang jelas dan tidak stabil.

Kemudian, gelembung dot-com meledak dan harga saham perusahaan internet itu runtuh. Bahkan banyak di antaranya yang gulung tikar.

Infografik_Bisnis startup diguncang bubble burst (Katadata/ Nurfathi)

“Kalau yang dimaksud dari definisi ‘masa emas’ adalah kondisi bubble atau bullish, bukan berarti masa keemasan startup sudah berakhir,” kata Co-Founder sekaligus Managing Partner di Ideosource dan Gayo Capital Edward Ismawan kepada Katadata.co.id, Minggu (12/6).

Halaman:
Reporter: Fahmi Ahmad Burhan