Forum Ekonomi Dunia alias World Economic Forum (WEF) membahas hal-hal yang berubah selama pandemi corona, salah satunya penggunaan teknologi di sektor kesehatan. Mereka pun menyinggung startup Indonesia Halodoc.
Head Healthcare Initiatives WEF Kelly McCain dan Project Lead, Health and Healthcare Cina Carrie Liu menyampaikan, Covid-19 menawarkan kesempatan untuk mengatur ulang prioritas sistem kesehatan.
“Ini memberikan momen lompatan untuk transformasi sistem kesehatan melalui inovasi,” kata keduanya dalam laman resmi WEF, akhir pekan lalu (17/11).
Penggunaan teknologi dinilai meningkatkan efisiensi. Ia pun mencontohkan layanan Halodoc di Indonesia.
Keduanya mengatakan, pandemi corona mempercepat permintaan layanan Halodoc. “Apakah itu mendukung pengambilan keputusan klinis dokter atau membantu pasien mengakses layanan medis, peran teknologi menjadi semakin menonjol,” kata keduanya.
McCain dan Liu memprediksi, startup kesehatan memainkan peran lebih besar dalam membentuk masa depan sistem kesehatan.
Penggunaan kecerdasan buatan alias artificial intelligence (AI) dinilai dapat mengatasi kekurangan dokter dan membantu pengambilan keputusan klinis. Manfaat teknologi ini yakni:
- Meningkatkan akurasi diagnosis dan meningkatkan hasil pengobatan, khususnya di institusi medis primer
- AI dapat dioperasikan 24/7, dengan solusi pencitraan AI sebagai contoh yang baik untuk hal ini. Seorang dokter berpengalaman membutuhkan satu menit untuk menilai sepuluh gambar CT scan. Teknologi AI, menggunakan pengenalan gambar, mempersingkat waktu penilaian ini menjadi beberapa detik, sekaligus meningkatkan akurasi diagnosis manual 15% - 20%.
- Teknologi AI juga menstandarkan diagnosis, karena ketidaksesuaian dapat dibuat oleh faktor manusia, seperti kelelahan atau kurangnya pengalaman.
“Masih ada ruang untuk pengoptimalan, tetapi kami melihat perintis mengidentifikasi jalur intervensi dan pengobatan penyakit tidak menular yang hemat biaya dan dapat diterapkan secara global,” kata keduanya.
“PTM menghadirkan tantangan kesehatan global yang mendesak. Pemerintah, industri sektor swasta, dan organisasi internasional harus bekerja sama untuk memperkuat kolaborasi, dengan belajar dan berbagi sebagai inti dari etos ini,” tambah dia.