Gojek dan inDrive menyatakan masih membuka perekrutan mitra pengemudi taksi dan ojek online. Ini karena kekurangan driver taksi online dan ojol?
Business Development Representative inDrive Indonesia Ryan Rwanda mengatakan perusahaan tidak menghadapi kekurangan pengemudi taksi dan ojek online. Namun perusahaan tetap membuka perekrutan.
“Kami adalah perusahaan yang selalu membuka peluang untuk driver di luar sana yang ingin mendaftar," kata Ryan kepada media di Jakarta, Kamis (6/4).
Ia tidak memerinci jumlah pengemudi taksi dan ojek online di inDrive. “Ribuan,” kata dia.
Gojek juga masih membuka perekrutan mitra pengemudi taksi dan ojek online. Namun langkah ini disesuaikan dengan kebutuhan permintaan di suatu wilayah.
“Kalau kami catat kurang, maka kami buka pendaftaran baru,” ujar Head of Region and External Affairs Gojek Gede Manggala dalam acara buka puasa bersama di kantornya, Jakarta, Rabu (5/4). “Jadi indikatornya itu supply dan demand.”
“Jadi yang menjadi perhatian kami yakni konsumen tidak boleh menunggu lama. Driver taksi dan ojek online juga tidak boleh kecewa karena persaingan ketat,” tambah Gede. “Basisnya kota per kota.”
Berdasarkan indikator itu, Gede menyampaikan bahwa pasokan mitra pengemudi ojek online atau ojol Gojek cukup.
Namun sebelumnya hasil penelitian Mahasiswa Doktoral London School of Economic (LSE) Muhammad Yorga Permana terhadap 1.000 kurir dan pengemudi ojek online (ojol) menunjukkan 66% dari mereka ingin menjadi pekerja kantoran.
Dua pertiga dari mereka mengungkapkan bahwa jika dapat memilih, mereka lebih memilih pekerjaan tradisional dengan jam kerja 9 sampai 5 daripada menjadi pengemudi ojek online.
Ada tiga hal yang mendorong pengemudi ojek online atau ojol kini ingin menjadi pekerja kantoran:
- Janji terkait pendapatan dinilai tidak sesuai
- Jumlah pesaing atau pengemudi ojek online tumbuh signifikan
- Guncangan ekonomi akibat pandemi corona
Penelitian tersebut dilakukan terhadap ojol di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) pada 2021 - 2022.