Anies Baswedan mengkritik kebijakan pemerintahan Jokowi soal subsidi mobil dan motor listrik. CoFounder Nafas Piotr Jakubowski mengungkap data terkait polusi udara dan fakta penyebabnya.
Menurut Anies Baswedan, solusi dalam menghadapi tantangan lingkungan hidup dan polusi udara bukan dengan memberikan subsidi mobil dan motor listrik. Selain itu, justru menambahkan kemacetan.
Pidato Anies Baswedan dalam acara Pengukuhan Amanat Nasional pada Minggu (7/5) itu ditanggapi oleh CoFounder Nafas Piotr Jakubowski. Startup ini menyediakan data kualitas udara.
Piotr Jakubowski memaparkan data untuk menjawab tiga pertanyaan dari pidato Anies Baswedan tersebut, yakni:
- Bagaimana pengaruh kendaraan yang menggunakan BBM ke polusi udara dibandingkan mobil dan motor listrik?
- Apakah benar subsidi mobil dan motor listrik bukan solusi untuk mengatasi polusi udara?
- Apakah benar emisi karbon mobil listrik per kapita per kilometer lebih tinggi daripada emisi karbon bus berbahan bakar minyak?
"Sebagai co-founder startup Nafas, satu-satunya perusahaan rintisan di Indonesia yang berjalan di bidang polusi udara, mungkin saya bisa menyampaikan opini juga," kata Piotr Jakubowski melalui Twitter, Selasa (9/5).
Pengaruh Motor Listrik ke Polusi Udara
Ia mengatakan, startup Nafas memiliki data realtime tentang polusi udara dari 180 lebih sensor di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek), Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Bali, dan kota lainnya.
Dia menjelaskan, salah satu tipe polusi udara paling berbahaya di Indonesia adalah Particulate Matter 2.5, atau PM2.5. Tipe ini berbahaya karena ukuran debu yang sangat kecil, sehingga bisa masuk ke paru-paru.
Laporan Air Quality Life Index pada 2021 menyatakan polusi udara menurunkan harapan hidup di Indonesia 7 tahun lebih rendah.
"Semua yang bisa dibakar dan menghasilkan asap, memproduksi polusi PM2.5," ujar Piotr Jakubowski.
Itu artinya, sumber polusi udara di Indonesia bisa dari banyak hal termasuk pembangkit listrik, pabrik industri berat, logistik, pabrik kecil dan industri rumahan hingga pembakaran sampah di area perumahan.
Oleh karena itu, menurutnya satu-satunya cara mengurangi polusi udara yakni dengan mengurangi semua aktivitas penghasil.
Subsidi Motor Listrik Bukan Solusi Atasi Polusi Udara?
Chief Growth Officer Startup Nafas itu menjelaskan, mobil dan motor listrik memiliki emisi lebih rendah dibandingkan kendaraan bermesin cetus api.
Ia pun membeberkan hasil perhitungan perbandingan emisi mobil dan motor listrik yang sudah dijual di Indonesia dibandingkan dengan kendaraan bensin:
- Hyundai Ioniq mengeluarkan 6% - 60% emisi lebih rendah dibandingkan kendaraan bensin
- Mercedes EQS mengeluarkan 27% - 70% emisi lebih rendah dibandingkan kendaraan bensin
- Motor Alva One mengeluarkan 51% - 80% emisi lebih rendah dibandingkan kendaraan bensin
“Dari sisi lingkungan, benefit tambahan mobil listrik yakni otomatis ramah lingkungan, tanpa harus upgrade,” kata dia.
Dia juga membandingkan emisi kendaraan pribadi dan kendaraan umum di Jakarta berdasarkan jumlah, sebagai berikut:
- Jumlah bus Transjakarta 5.843
- Jumlah mobil pribadi 3,7 juta
- Jumlah motor 17 juta
"Kontribusi emisi polusi udara dari mobil dan motor jauh lebih tinggi daripada bus TransJakarta,” kata Piotr Jakubowski.
“Subsidi mobil dan motor listrik untuk kendaraan pribadi bisa jauh lebih berpengaruh kepada pengurangan polusi udara dibandingkan dengan memberikan subsidi kendaraan publik. It's just a numbers game," Jakubowski menambahkan.
Emisi Karbon Mobil Listrik per Kapita Lebih Tinggi Ketimbang Bus?
Terkait pertanyaan Anies Baswedan ini, menurut Piotr Jakubowski perhitungannya semestinya per penumpang. “Bukan per unit,” katanya.
"Untuk menjawab pertanyaan 'apakah lebih baik memberikan subsidi kepada transportasi listrik publik ketimbang kendaraan pribadi guna mengurangi polusi udara?” Jelas. Jumlah kendaraan pribadi jauh lebih banyak,” ujar dia.
Oleh karena itu, kendaraan pribadi jauh lebih berkontribusi terhadap polusi udara