Laporan ADB: Ini 3 Poin Penting Bangun Ekosistem Startup

Katadata/Desy Setyowati
Ilustrasi startup ekonomi digital
Penulis: Lavinda
30/6/2023, 14.20 WIB

Asian Development Bank (ADB) dan lembaga penelitian SMERU berkolaborasi untuk meneliti ekosistem perusahaan rintisan atau startup. Berdasarkan hasil riset disimpulkan terdapat tiga aspek yang perlu ditingkatkan untuk mengembangkan ekosistem startup di Indonesia.

Hasil riset yang dilakukan kedua lembaga tersebut menunjukkan startup berorientasi pembangunan di Indonesia akan diuntungkan oleh pengembangan ekosistem. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan potensi startup dan berkontribusi pada pembangunan negara.

Sementara itu, perusahaan teknologi finansial atau fintech dan perdagangan elektronik atau e-commerce mendominasi ekosistem digital di Indonesia.

Selanjutnya, berdasarkan studi Indonesia’s Technology Startups: Voices From the Ecosystem disebutkan, startup yang berfokus di area tertentu, seperti pendidikan, kesehatan, agrikultur dan teknologi ramah lingkungan berkembang kurang pesat.

Inovasi-inovasi startup ini akan berdampak tinggi terhadap pembangunan, seperti perbaikan kesehatan dan kesejahteraan, pekerjaan, dan solusi iklim. Namun, mereka sering dianggap berisiko oleh investor dan lembaga keuangan yang ada selama ini.

Menurut studi tersebut, tiga aspek yang dapat difokuskan untuk meningkatkan ekosistem startup Indonesia meliputi:

  • Kualitas inkubator dan akselerator

Inkubator dan akselerator dapat memperoleh manfaat dari staf yang lebih baik, terutama karyawan dengan pengetahuan bisnis yang lebih banyak, serta mentor dengan keahlian dan pengalaman sektor. 

  • Akses Keuangan untuk Startup Ttahap Awal

Startup baru kesulitan meyakinkan investor untuk menyediakan pendanaan, menyoroti pentingnya untuk menemukan dan mengembangkan sumber modal dan dukungan alternatif. 

  • Pengembangan Bakat

Menemukan bakat yang baik juga menjadi tantangan karena pasokan yang sedikit dan persaingan dari perusahaan besar dalam upaya perekrutan. Hal ini tentu selain kebutuhan untuk distribusi dukungan geografis yang lebih baik.

“Pemain kunci dan program terkonsentrasi di Jawa, khususnya di Jakarta dan di Bali, sementara daerah lain kurang terlayani,” ujar Peneliti Senior SMERU Research Institute dan penulis utama laporan, Palmira Permata Bachtiar, dalam siaran pers dikutip Jumat (30/6).

Menurut Palmira, untuk memperoleh keragaman perspektif pada riset, tim studi melakukan wawancara dengan beberapa pihak, mulai dari kementerian hingga pendiri startup.

“Para peneliti berdialog dengan pejabat kementerian, manajer inkubator, dan pendiri perusahaan rintisan, serta pemodal dan lainnya,” kata Principal Economist ADB Paul Vandenberg, salah satu penulis laporan tersebut.