Musim Dingin Startup ASEAN Diramal Berakhir 2024, Akan Ramai Investasi

Katadata
Diskusi Katadata Forum dengan tema "Transformasi Indonesia Menuju Raksasa Ekonomi Digital" di Jakarta, pada 2018
Penulis: Lenny Septiani
21/12/2023, 10.21 WIB

Musim dingin atau funding winter startup di ASEAN diperkirakan berakhir pada 2024. Namun perusahaan rintisan tetap didorong untuk menunjukkan strategi meraup untung guna menggaet investor.

"Keyakinan saya, tahun depan, Anda akan melihat pelonggaran penyebaran dana di Asia Tenggara," kata Co-founder sekaligus Managing Partner Monk’s Hill Ventures Peng T. Ong, dikutip dari CNBC Internasional, Selasa (19/12).

Co-founder sekaligus Managing Partner Asia Antler Jussi Salovaara juga memperkirakan investasi modal ventura meningkat dalam enam bulan terakhir pada 2024. “Kami yakin akan meningkat terutama menjelang paruh kedua,” ujar dia.

Jussi memprediksi minat pendanaan ke startup tahun depan diwarnai oleh kekhawatiran kenaikan suku bunga acuan, modal yang terkumpul turun, serta jumlah mitra investasi semakin terbatas dan lebih selektif. 

“Jadi perlu sedikit waktu untuk pulih," Jussi menambahkan.

Namun untuk menarik pendanaan di tengah iklim ekonomi saat ini, startup perlu menunjukkan kepada para investor bahwa mereka memiliki jalur yang jelas dan layak untuk mendapatkan keuntungan.

"Jika 2023 menjadi tahun pergantian gigi, maka 2024 akan menjadi tahun berbelok," kata Founding Managing Partner Insignia Ventures Partners Yinglan Tan.

"Ini akan menjadi tikungan ketat, dengan tekanan dari geopolitik, suku bunga, pasar publik, lanskap kompetitif yang semakin matang yang berdampak pada monetisasi dan alokasi modal untuk perusahaan teknologi,” Tan menambahkan.

Sebelumnya, para startup cenderung memprioritaskan pertumbuhan bisnis daripada profitabilitas dengan cara ‘bakar uang’ alias promosi. Kini, dengan adanya hambatan ekonomi global yang memperlambat pertumbuhan, perusahaan rintisan terpaksa memperbaharui fokus ke profitabilitas dan lebih berhati-hati terhadap anggaran.

Investasi ke Startup Asia Tenggara Anjlok ke Level Terendah 6 Tahun

Investasi ke startup Asia Tenggara anjlok 69,2% secara tahunan atau year on year (yoy) dari US$ 13 miliar menjadi US$ 4 miliar selama Semester I. Pendanaan ke perusahaan rintisan Indonesia bahkan melorot 87%.

Hal itu tertuang dalam  laporan Google, Temasek, dan Bain and Company bertajuk ‘e-Conomy SEA 2023’.

“Pendanaan swasta ke startup di Asia Tenggara menurun ke tingkat terendah dalam enam tahun terakhir. Ini sejalan dengan pergeseran global menuju biaya modal yang lebih tinggi dan isu-isu di seluruh siklus pendanaan,” demikian dikutip dari laporan tersebut, pada November (1/11).

Penurunan nilai investasi ke startup Indonesia juga merupakan yang tertinggi dibandingkan negara lain di Asia Tenggara. Rinciannya sebagai berikut:

  • Filipina turun 79% dari US$ 800 juta menjadi US$ 200 juta
  • Thailand turun 66% dari US$ 300 juta menjadi US$ 100 juta
  • Indonesia turun 87% dari US$ 3,3 miliar menjadi US$ 400 juta
  • Malaysia turun 52% dari US$ 500 juta menjadi US$ 200 juta
  • Singapura turun 63% dari US$ 7,5 miliar menjadi US$ 2,8 miliar
  • Vietnam turun 24% dari US$ 700 juta menjadi US$ 600 juta

Sementara itu, rincian jumlah kesepakatan investasi ke startup di Asia Tenggara sebagai berikut:

  • Filipina turun dari 68 menjadi 23
  • Thailand turun dari 42 menjadi 24
  • Indonesia turun dari 301 menjadi 100
  • Malaysia turun dari 77 menjadi 47
  • Singapura turun dari 572 menjadi 318
  • Vietnam turun dari 148 menjadi 48

Data lengkap terkait investasi ke startup Asia Tenggara dapat dilihat pada Bagan di bawah ini:

Rincian pendanaan ke startup Asia Tenggara selama Semester I 2023 (Katadata/Desy Setyowati, e-Conomy SEA 2023)

Padahal, modal yang tersedia atau dry powder yang dimiliki oleh investor meningkat pada tahun lalu. Rinciannya sebagai berikut:

Dana yang tersedia di investor di Asia Tenggara (e-Conomy SEA 2023)

Untuk keluar dari musim dingin pendanaan atau funding winterstartup di Asia Tenggara dinilai perlu membuktikan bahwa investasi yang diberikan akan menghasilkan imbal hasil yang berkualitas. Caranya yakni:

  1. Valuasi awal yang realistis: startup harus membuktikan bahwa kenaikan valuasi berlangsung rasional yang dibangun di atas fundamental bisnis dan industri yang sesungguhnya, serta mencerminkan ekonomi makro saat ini
  2. Membuktikan model monetisasi atau cara untuk mendapatkan keuntungan
  3. Memiliki strategi atau jalur yang jelas untuk untung
  4. Memiliki perencanaan yang jelas untuk exit
Reporter: Lenny Septiani