Investor Startup Dinilai Makin Hati-hati Pasca-Konflik Iran – Israel
Konflik Israel - Iran dinilai akan berdampak minat investor berinvestasi di startup, termasuk di Indonesia. Sebab, perseteruan di Timur Tengah bisa berpengaruh terhadap ekonomi makro.
“Investor akan lebih berhati-hati, sebab ada kemungkinan revenue atau traction startup menurun,” kata Ketua Asosiasi Modal Ventura untuk Startup Indonesia atau Amvesindo Eddi Danusaputro kepada Katadata.co.id, Selasa (16/4).
Sebab, konflik Iran – Israel bisa mendorong inflasi semakin naik. Di samping itu, suku bunga acuan bisa meningkat lagi, sehingga menimbulkan peluang ‘opportunity cost’, biaya atau resiko baru.
“Investor memarkirkan dana untuk mendapat return tinggi dari bank daripada investasi ke startup yang dianggap lebih berisiko,” Eddi menambahkan.
Sementara itu, Kominfo atau Kementerian Komunikasi dan Informatika mengungkapkan belum ada potensi dampak serangan Iran ke Israel terhadap industri berbasis digital di Indonesia, termasuk startup.
“Sejauh ini belum ada dampaknya. Tetapi pemerintah mengantisipasi hal-hal yang mungkin terjadi,” kata Menteri Kominfo Budi Arie Setiadi kepada media usai Halal Bihalal di kantornya, Jakarta, Selasa (16/4).
Budi menyampaikan, serangan Iran ke Israel akan berdampak terhadap kenaikan harga komoditas dan minyak. Namun ia belum memerinci dampak ini terhadap startup.
Ekonom Lembaga Penelitian Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia atau LPEI FEB UI Teuku Riefky mengingatkan pemerintah untuk mewaspadai risiko lonjakan inflasi akibat konflik Iran - Israel.
“Saat konflik pecah, arus barang dan suplai terganggu, sehingga mendorong harga barang dan pangan naik,” kata Riekfy dikutip dari Antara, Selasa (16/4).
Selain itu, imported inflation atau inflasi yang berasal dari luar negeri berpotensi naik. “Ini yang perlu diwaspadai selain inflasi dalam negeri,” kata dia.
Menteri Riset dan Teknologi periode 2019 -2021 Bambang Brodjonegoro juga menyampaikan, serangan Iran ke Israel pada Sabtu (13/4) dapat meningkatkan laju inflasi.
Inflasi dipengaruhi oleh tiga faktor utama, yakni:
- Harga pangan bergejolak (volatile food)
- Harga barang yang diatur pemerintah seperti bahan bakar minyak (BBM) serta liquefied petroleum gas (LPG)
- Yang berasal dari luar negeri, yang disebabkan oleh kenaikan harga-harga di luar negeri, pelemahan rupiah, serta gangguan distribusi global