Dampak Larangan Pakai BBM Subsidi ke Pendapatan Ojek Online

Fauza Syahputra|Katadata
Sejumlah pengemudi ojek online (ojol) menunggu pesanan di Jalan Panglima Polim, Jakarta, Rabu (20/3/2024).
Penulis: Desy Setyowati
29/11/2024, 09.32 WIB

Asosiasi ojek online atau ojol menyatakan kebijakan larangan menggunakan Bahan Bakar Minyak alias BBM subsidi akan mengurangi pendapatan pengemudi.

Sebelumnya Menteri ESDM atau Energi dan Sumber Daya Mineral Bahlil Lahadalia menyatakan ojek online tidak mendapatkan BBM subsidi. Pemerintah memfokuskan pendistribusian BBM bersubsidi kepada kendaraan berpelat kuning, seperti angkutan umum.

Ketua Umum Asosiasi Gabungan Aksi Roda Dua atau Garda Igun Wicaksono menyampaikan pengeluaran pengemudi ojek online alias ojol untuk BBM mencapai 50% - 60% dari total. Selain itu, driver ojol dikenakan biaya aplikasi oleh aplikator seperti Gojek, Grab, Maxim, dan inDrive.

“Bahlil harus lihat di lapangan. Jangankan untuk membeli bensin nonsubsidi, terkadang untuk mengisi bensin subsidi saja, pengemudi ojol ini harus menukar dengan rasa lapar di jalanan agar sepeda motornya tetap bisa beroperasi,” kata Igun kepada Katadata.co.id, Jumat (29/11).

Ia juga menilai larangan pengemudi ojek online mendapatkan BBM subsidi akan membuat tarif ojol naik dan berimbas pada inflasi. “Dengan empat juta ojol di seluruh Indonesia dan sekitar 21 juta pengguna jasa ojek online, ini akan berdampak,” ujar Igun.

Igun berharap pemerintah mempertimbangkan kedua hal tersebut. “Jangan asal mencabut atau membatasi BBM subsidi bagi ojol hanya karena nomor pelat hitam bukan kuning seperti angkutan umum,” katanya.

Sekretaris Jenderal Perkumpulan Armada Sewa Indonesia atau PAS INDONESIA Wiwit Sudarsono menyampaikan pendapatan pengemudi ojek online bisa berkurang akibat kebijakan larangan menggunakan BBM bersubsidi.

Belum lagi jumlah aplikator bertambah. “Pendapatan pengemudi ojol berkurang. Konsumsi BBM tiga sampai lima liter per hari,” ujar Wiwit dalam wawancara dengan Trijaya FM.

Belum lagi, banyak pengemudi ojol yang membeli kendaraan untuk operasional dengan cara mencicil.

Ia khawatir jumlah pengangguran akan bertambah, karena pengemudi ojek online akan kesulitan beroperasi di tengah meningkatnya pengeluaran dan potensi penurunan permintaan karena tarif ojol naik.

Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Driver Online atau ADO Taha Syafariel menyampaikan pengeluaran pengemudi taksi online untuk BBM minimal 20 liter dan ojek online empat sampai lima liter per hari.

“Sekarang saja sudah banyak demo mengenai tarif ojek online dan pendapatan yang terus menurun. Apalagi jika tidak mendapatkan BBM bersubsidi,” kata pria yang akrab disapa Ariel itu kepada Katadata.co.id.

Pengemudi ojek online Maxim Suwandi menolak rencana pemerintah melarang driver ojol mendapatkan BBM bersubsidi. Ia mengeluarkan uang Rp 45 ribu – Rp 50 ribu untuk membeli BBM per hari, dengan operasional dari rumah di Bogor ke Jakarta hingga Bekasi.

“Itu pakai Pertalite, yang anehnya di setiap Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum atau SPBU terkadang habis. Jadi, akan terasa sekali dampaknya kalau pengemudi ojol tidak diperbolehkan membeli BBM subsidi,” kata Suwandi kepada Katadata.co.id.

Belum lagi, ia harus berkeliling dan menghabiskan lebih banyak BBM untuk mencari wilayah yang ramai permintaan. Sementara pendapatannya dari Maxim sekitar Rp 50 ribu – Rp 100 ribu per hari.

“Pemakai Maxim masih sedikit. Tetapi daftarnya mudah, jadi saya bisa lolos verifikasi. Dengan adanya masalah ini, tentu akan berdampak sekali,” ujar dia.

Reporter: Desy Setyowati, Kamila Meilina