Huawei Incar Pendanaan Rp 27 Triliun setelah Dikenai Sanksi oleh AS

123RF.com
Ilustrasi, logo Huawei. Huawei berencana mencari pendanaan sebesar Rp 27 triliun biarpun masih dikenai sanksi oleh Amerika Serikat.
10/1/2020, 11.18 WIB

Raksasa teknologi asal Tiongkok Huawei berencana mencari pendanaan sebesar US$ 2 miliar atau Rp 27 triliun. Meskipun perusahaan tersebut masih disanksi oleh Amerika Serikat (AS).

Huawei mulai menjalin hubungan dengan perbankan untuk mendapatkan pendanaan tersebut. Perusahaan yang bermarkas di Shenzhen, Tiongkok itu berharap dapat menggalang dana melalui pinjaman dan penjualan obligasi di luar Tiongkok.

Namun, sebuah laporan dari The Information seperti dilansir Tech in Asia menyebutkan bank yang akan digaet Huawei untuk pendanaan tersebut masih belum jelas. Meski perusahaan telah bertahun-tahun bekerja sama dengan banyak bank internasional, tetapi pemberi pinjaman enggan untuk memfasilitasi pinjaman kepada Huawei terutama setelah disanksi AS.

Niat Huawei untuk menggalang dana muncul ketika perusahaan tersebut berada di bawah pengawasan ketat AS dan negara-negara di Eropa atas masalah keamanan terkait dengan peralatan telekomunikasi. "Washington percaya bahwa peralatan Huawei dapat digunakan sebagai saluran untuk kegiatan intelijen Tiongkok," dikutip dari Tech In Asia pada Kamis (9/1).

(Baca: Terdampak Sanksi AS, Pendapatan Huawei Diprediksi Rp 1.686 T di 2019)

Meski begitu, Huawei sudah dengan tegas menyangkal tuduhan itu dan bersikeras bahwa perusahaan bukanlah mata-mata Pemerintah Tiongkok. 

Pada 2017 lalu, HSBC yang berkantor di Inggris memutuskan kerja sama dengan Huawei. HSBC dituntut AS karena telah memfasilitasi bisnis Huawei di Iran.

Di sisi lain, pendapatan Huawei hingga Desember 2019 tumbuh sebesar 18% secara tahunan (year on year/yoy) menjadi US$ 121,7 miliar atau sekitar Rp 1.686 triliun. Angka pertumbuhan pendapatan tersebut lebih rendah dibanding 2018 yang tumbuh 19,5%.

Rotating Chairman Huawei Eric Xu dikutip dari Reuters mengatakan lingkungan eksternal tahun lalu menjadi lebih rumit dari tahun-tahun sebelumnya. Hal tersebut diperkirakan masih akan terjadi pada tahun ini. Ia khawatir, kinerja perusahaan bakal sulit tumbuh secepat awal 2019.

Biarpun begitu, Xu mengatakan Huawei akan habis-habisan membangun ekosistem layanan seluler pada tahun ini. Salah satu layanan yang sudah dikembangkan Huawei yaitu penyimpanan komputasi awan (cloud). Huawei juga mengembangkan sistem operas sendiri bernama Harmony. 

(Baca: Huawei Uji Coba Ekosistem Mobile Service Pengganti Layanan Google)

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan