Perusahaan teknologi Google bakal meluncurkan pusat data wilayah alias region cloud di Jakarta pada semester I 2020 mendatang. Sebab, Google melihat besarnya potensi bisnis komputasi awan (cloud computing) di negara ini.
Regional Director Google Cloud for Southeast Asia Tim Synan mengatakan, Indonesia adalah kekuatan digital di Asia Tenggara. Bahkan, riset Boston Consulting Group (BCG) memperkirakan bahwa penerapan cloud publik dapat memberikan kontribusi hingga US$ 40 miliar bagi Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia secara kumulatif dari 2019 hingga 2023.
Ia melanjutkan, ini setara dengan kurang lebih 0,6% PDB tahunan secara nasional. Lebih dari 85% dari total dampak ekonomi ini akan dihasilkan oleh bisnis digital native dan startup internet yang saat ini merupakan pendorong utama penggunaan cloud di Indonesia.
Synan menyebut, Indonesia akan menjadi wilayah ke-21 untuk Region Cloud Google di dunia. "Kami melakukan (peluncuran pusat data) ini atas permintaan pelanggan kami. Banyak startup dan juga kami bekerja sama dengan para unicorn di sini, di mana mereka memanfaatkan cloud perusahaan kami," ujar Tim dalam acara Google Cloud Summit di JIExpo, Jakarta, Kamis (5/9).
(Baca: Potensi Penerimaan Pajak dari Google Cs Capai Rp 27 Triliun Pada 2025)
Synan melanjutkan, Google Cloud telah diakui secara luas sebagai pemimpin global dalam menyediakan platform cloud yang aman, transparan, dan cerdas untuk perusahaan.
Fokus Google saat ini, menurutnya, yakni membangun solusi dalam lima kategori. "Di antaranya memodernisasi infrastruktur, manajemen data, analisis bisnis pintar, AI (Artificial Inteligence) dan machine learning, serta kolaborasi," ujarnya.
Ia menjelaskan, beberapa perusahaan besar yang telah bekerja sama dalam layanan Google Cloud yakni seperti Bukalapak, Tokopedia, Traveloka, Gojek, Tiket.com, XL, Axiata, RuangGuru, Blibli, Alfamart, Cineplex 21, Warung Pintar, dan sebagainya.
Country Director Google Cloud Indonesia Megawaty Khie mengatakan, dari sisi tren adopsi cloud di Indonesia perusahaan melihat kemajuan yang sangat signifikan dibandingkan dua bahkan satu tahun yang lalu. "Sekarang sudah banyak sekali yang tertarik dengan cloud," ujar Megawaty.
(Baca: Godok RUU Perpajakan, Sri Mulyani Siapkan Insentif dan Tarif PPh)
Megawaty melanjutkan, ada beberapa sektor yang tengah gencar mengadopsi cloud di Indonesia seperti di antaranya dari sektor perbankan, telekomunikasi, retail, hingga bioskop. Tumbuhnya adopsi cloud ini, menurutnya, dikarenakan banyak perusahaan menghadapi kompetisi yang sangat ketat.
Ia menilai bahwa penggunaan cloud merupakan pilihan yang tepat karena lebih efisien dalam berbagai hal, termasuk perangkat keras, sehingga perusahaan dapat mencapai penghematan biaya maupun pengurangan waktu. "Secara keseluruhan trennya besar sekali," ujarnya.
Selain itu, Google Cloud kini juga telah menyediakan sertifikasi Google Cloud Platform (GCP) dalam bahasa Indonesia, dimulai dengan Sertifikasi Associate Cloud Engineer yang saat ini juga ditawarkan oleh Digital Talent Scholarship dari Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi (Kominfo).
“Kami sangat senang dapat membantu lebih banyak masyarakat Indonesia untuk mendapatkan keterampilan dan kualifikasi baru yang akan membantu lebih banyak perusahaan dalam memanfaatkan cloud,” ujarnya.