Serangan Siber Naik 12,5% di 2018, Paling Banyak dari AS dan Tiongkok

Ajeng Dinar Ulfiana | KATADATA
Perusahaan di bidang integrasi teknologi global, Dimension Data, mencatat kerentanan keamanan siber mencapai 16.555 kasus pada tahun lalu
Penulis: Desy Setyowati
16/5/2019, 13.05 WIB

(Baca: Serangan Siber Ancam Indonesia)

Jenis malware yang paling banyak digunakan untuk melakukan serangan pada tahun lalu adalah cryptojacking. Malware ini bertujuan untuk menginfeksi perangkat secara diam-diam untuk menambang mata uang virtual (cryptocurrency).

Informasi tersebut tertuang dalam laporan intelijen ancaman siber global 2019, yang dirilis oleh Dimension Data. Group Executive Cybersecurity Dimension Data Matthew Gyde menyampaikan, rendahnya tingkat kematangan keamanan siber disebabkan oleh ketidaksesuaian tindakan dengan kesedian perusahaan mengatasi serangan di dunia maya.

Dia mencatat, kesadaran para pimpinan di bidang keuangan, teknologi, manufaktur, dan kesehatan terhadap keamanan siber cukup tinggi. Namun, kesadaran saja tidak cukup. Menurutnya, setiap perusahaan perlu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di bidang keamanan siber.

(Baca: Nomor Identitas Tunggal Kian Mendesak untuk Mencegah Peretasan)

Halaman:
Reporter: Desy Setyowati