Pesaing Kembangkan Fitur Baru, Jumlah Pengguna WhatsApp Melorot

Katadata/@desy setyowati
Aplikasi Telegram, WhatsApp, dan Signal
25/1/2021, 10.31 WIB

Jumlah unduhan aplikasi WhatsApp melorot di beberapa negara, setelah memperkenalkan kebijakan penggunaan data yang baru. Sedangkan jumlah pengguna platform pesaing, seperti Signal dan Telegram, melonjak. Mereka pun menambahkan sejumlah fitur anyar.

Berdasarkan data perusahaan riset App Annie, WhatsApp kehilangan jutaan pengguna pada awal tahun. Di Inggris misalnya, peringkat aplikasi ini melorot dari urutan pertama yang paling banyak diunduh menjadi kedelapan. Sedangkan platform Signal menjadi yang terbanyak di-download pada 9 Januari.

Di India, survei LocalCircles menunjukkan bahwa 15% dari 8.977 pengguna tak lagi menggunakan WhatsApp pada awal tahun. Sedangkan 36% mengurangi penggunaan aplikasi di bawah naungan Facebook ini. Hanya 18% yang masih memakainya.

Di Indonesia, data Sensor Tower menunjukkan bahwa jumlah unduhan WhatsApp per 21 Desember 2020 hingga 3 Januari 2021 mencapai 1,9 juta. Dua pekan setelahnya, angkanya turun 26% menjadi 1,4 juta.

Sedangkan pesaingnya Telegram dan Signal mengalami lonjakan pengguna baru. Selama 4-17 Januari, jumlah unduhan aplikasi Signal naik 50.000% menjadi 1,5 juta. Pada periode yang sama, unduhan Telegram meningkat 64%.

Aplikasi pesan dari Turki, BiP juga mengalami kenaikan jumlah unduhan. Sensor Tower mencatatkan lima aplikasi terpopuler di Google Play Store yakni Telegram, FaceApp, GetContact, BiP, dan CapCut per Senin pekan lalu (18/1). Platform yang dikembangkan oleh Turkcell itu meraih unduhan 50 juta kali secara global.

Director of market insights App Annie Amir Ghodrati menilai, pengguna kecewa dengan kebijakan baru WhatsApp sehingga beralih ke aplikasi pesan lain. Ini walaupun perusahaan menunda aturan anyar itu dari semula 8 Februari menjadi 15 Mei.

Amir menilai, pengguna menginginkan platform percakapan yang cenderung aman. "Kami melihat peningkatan permintaan aplikasi pesan terenkripsi dan yang berfokus pada privasi selama beberapa tahun terakhir,” ujar dia dikutip dari The Guardian, Minggu (24/1).

App Annie pun mencatat, respons pengguna terhadap aplikasi pesan yang menyediakan fitur privasi melonjak selama paruh pertama tahun lalu. Pengguna aktifnya rerata 30% lebih tinggi dibandingkan yang tidak mempromosikan atau memfasilitasi ‘tools’ privasi.

Spesialis keamanan siber di ESET, Jake Moore mengatakan bahwa aplikasi seperti Signal, Telegram, Wickr, dan WhatsApp menawarkan fitur privasi mulai dari transfer data terenkripsi end to end hingga 'pesan yang berdampak buruk bagi diri sendiri'.

WhatsApp dan Signal misalnya, menjadikan nomor telepon pengguna sebagai identitas. Namun, Signal sudah memperkenalkan kode PIN untuk mengidentifikasi pengguna di masa yang akan datang.

Selain itu, perbedaan yang mendasar di antara kedua aplikasi tersebut yakni terkait pendanaan. "WhatsApp dimiliki oleh Facebook, yang model bisnisnya berdasarkan pada iklan. Signal berfokus pada privasi dan belum memiliki keinginan untuk menganalisis, membagikan, atau mengambil keuntungan dari informasi pribadi pengguna," kata Jake Moore.

Signal didukung oleh nirlaba Signal Foundation. Signal didirikan oleh pendiri WhatsApp, Brian Acton dan peneliti keamanan siber, Moxie Marlinspike pada 2018.

Acton meninggalkan Facebook pada 2017 setelah menyatakan keprihatinan tentang bagaimana perusahaan beroperasi. Ia menyumbangkan US$ 50 juta untuk dana awal Signal. Kini aplikasi itu didanai oleh komunitas. 

Jake Moore menilai, pendanaan oleh komunitas tersebut yang membuat Signal menggaet banyak pengguna. Selain itu, Signal memperbarui beberapa fitur baru-baru ini, untuk menyasar lebih banyak konsumen.

Fitur yang diperbarui yakni wallpaper di masing-masing halaman chat. Kemudian ‘about’ yang membantu pengguna menulis status di informasi kontak.

Signal juga menambahkan fitur stiker animasi dan mode ‘low data’ yang memungkinkan panggilan dengan kapasitas data seluler yang sedikit. Perusahaan juga menambah jumlah maksimal panggilan menjadi delapan orang.

Reporter: Fahmi Ahmad Burhan